Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Potret Pendidikan Banyumas 2025, MBG Berjalan Lancar, ABK Menanti Solusi

METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Fenomena pendidikan di Kabupaten Banyumas saat ini menunjukkan dinamika yang menarik dan kompleks. Di tengah keberhasilan peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada awal 2025 yang telah membawa angin segar bagi semangat belajar dan kesehatan siswa. Namun, masih ada tantangan besar yang belum terjawab, yaitu perhatian terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Anggota Komisi IV DPRD Banyumas, H. Rachmat Imanda SE. Ak mengungkapkan bahwa MBG telah berjalan cukup sukses dengan kehadiran sembilan dapur sehat yang tersebar di berbagai kecamatan seperti Purwokerto Timur, Barat, Selatan, Gumelar, Kemranjen, Sumpiuh, hingga Kedungbanteng. Setiap dapur melayani sekitar 2.500 siswa, sehingga secara total, sekitar 25.000 siswa dari tingkat TK hingga SMA telah merasakan manfaatnya.

“Uji coba Gerakan Minum Susu dan Makan Bergizi yang berlangsung dari Agustus hingga Desember 2024 menunjukkan peningkatan signifikan pada kondisi kesehatan siswa, termasuk berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin,” ujar Imanda, Senin (5/5/2025).

Namun di balik keberhasilan tersebut, Imanda menyoroti bahwa pendidikan inklusif bagi ABK masih belum mendapat perhatian yang memadai. Menurutnya, meskipun telah dilakukan pelatihan untuk Guru Pembimbing Khusus (GPK), upaya itu masih perlu diperkuat agar pendidikan bagi ABK bisa berjalan lebih merata dan efektif.

Politisi muda dari Partai Gerindra ini menekankan perlunya kesetaraan perhatian terhadap siswa berkebutuhan khusus agar tidak ada yang terpinggirkan dalam sistem pendidikan. Salah satu solusi konkret yang dia usulkan adalah menyediakan tempat terapi yang terjangkau, bahkan gratis, bagi para ABK.

“Ide ini sangat mungkin bisa direalisasikan, untuk tempat, gedung-gedung milik Pemkab yang tidak terpakai bisa dimanfaatkan. Sedangkan untuk tenaga terapis, bisa dibuka lowongan dan dibiayai APBD untuk honornya. Hal ini penting, mengingat tidak semua ABK berasal dari keluarga yang mampu untuk memberikan terapi yang rutin. Dan jika ABK tidak ditangani dengan tepat sejak dini, maka perkembangannya akan terhambat,” tuturnya.

Sejauh ini, lanjut Imanda, memang ada tempat terapi baik di RSUD Banyumas ataupun di RS Geriyatri, namun sekali lagi, tidak semua keluarga ABK bisa menjangkau layanan tersebut.

“Perhatian kepada anak-anak sekolah di era kepemimpinan Pak Prabowo ini sudah sangat bagus, hanya saja perlu disempurnakan dengan adanya perhatian untuk ABK,” pungkasnya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.