Sosialisasi Empat Pilar, H. Wastam Ajak Warga Banyumas Hidupkan Nilai Kebangsaan Sehari-hari
METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan zaman, Anggota DPR RI H. Wastam SE. SH. MH mengajak masyarakat kembali ke akar dengan memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang digelar di Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Banyumas, ratusan warga dari berbagai kalangan hadir dengan antusias.
Acara yang berlangsung selama dua jam lebih tersebut, tak sekadar menjadi ajang ceramah, melainkan ruang dialog penuh makna yang melibatkan tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, hingga pelaku UMKM. Dengan tema sentral “Menghidupkan Empat Pilar dalam Kehidupan Sehari-hari”, kegiatan ini menghadirkan Waryono, tokoh pemuda sekaligus pengurus Karang Taruna Banyumas, sebagai narasumber, serta dimoderatori oleh Unwanullah Masum.
Dalam sambutannya, Wastam menegaskan pentingnya memahami dan mengamalkan Empat Pilar – Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika – bukan hanya sebagai teori, melainkan sebagai panduan hidup.
“Empat Pilar ini bukan hafalan ujian sekolah. Ini pegangan hidup kita sebagai bangsa. Kalau diamalkan, ini bisa jadi solusi dari banyak persoalan di masyarakat,” ujar Wastam dengan penuh semangat.
Anggota DPR RI dari Partai Demokrat ini memaparkan peran penting anggota MPR dalam menyosialisasikan Empat Pilar sebagai bagian dari tanggung jawab konstitusional. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari proses membangun bangsa (nation building) secara menyeluruh – mulai dari kesadaran filosofis hingga penguatan nilai dalam kehidupan masyarakat majemuk.
Materi yang disampaikan juga mencakup cara-cara kontekstual dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, termasuk pendekatan budaya, penggunaan simbol-simbol nasional seperti lagu Indonesia Raya, hingga adaptasi metode penyampaian sesuai karakteristik lokal.

Dialog Interaktif: Dari TikTok sampai Buku Kebaikan
Yang paling menarik, sesi dialog interaktif membuka ruang diskusi hangat antara warga dan para narasumber. Abdul Karim, Ketua RT dari Desa Pandak, misalnya, mengungkapkan tantangan menyampaikan materi kebangsaan kepada warga dengan latar pendidikan yang beragam. Menjawab itu, Wastam menyarankan pendekatan berbasis kearifan lokal seperti dongeng, cerita rakyat, dan media visual sederhana.
Sementara itu, Hidayat dari Karang Taruna Desa Rempoah menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda yang akrab dengan media sosial. “Anak-anak muda kita butuh konten yang relatable. Mereka lebih dekat ke Instagram dan TikTok,” ujar Hidayat.
Menanggapi, Wastam memberi contoh sukses filter Instagram “Aku Pancasila” yang digunakan puluhan ribu anak muda. Ia menggarisbawahi pentingnya kreativitas dalam menyampaikan nilai kebangsaan di era digital.
Ibu Desi Sagita dari PKK Desa Rempoah mengangkat isu pengasuhan anak di era gawai. Sebagai jawaban, Wastam memperkenalkan konsep “Bank Kebaikan” , buku kecil tempat mencatat perilaku baik anak, yang kemudian diberi penghargaan setiap akhir bulan.
Sementara itu, Mega Subrata, pedagang gorengan di Pasar Desa Rempoah, bertanya tentang keadilan sosial dalam kebijakan pemerintah. “Bagaimana memastikan sila kelima benar-benar dirasakan rakyat kecil seperti kami?” tanyanya lugas.
Jawabannya datang dari Waryono yang menekankan pentingnya partisipasi warga dalam pengawasan anggaran melalui aplikasi LAPOR! dan forum musrenbang desa. Transparansi menjadi kunci utama dalam mewujudkan keadilan sosial.
Di akhir kegiatan, seluruh peserta menyepakati komitmen untuk menerapkan nilai-nilai Empat Pilar dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, sosialisasi ini tidak berhenti di ruang diskusi, tapi mengakar dalam tindakan nyata di tengah masyarakat.
“Kita sedang menghadapi berbagai ancaman disintegrasi, radikalisme, dan perpecahan. Melalui kegiatan ini, kita ingin memperkuat benteng ideologi bangsa,” tutup H. Wastam.
Dengan semangat gotong royong dan rasa cinta tanah air, sosialisasi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan Indonesia terletak pada kesatuan dalam keberagaman, yang harus terus dijaga, diajarkan, dan diwariskan.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.