Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Mengenal Stairlift di Borobudur, Solusi Ramah Lansia dan Disabilitas

METROJATENG.COM, MAGELANG – Candi Borobudur, ikon budaya dan spiritual yang berdiri megah sejak abad ke-9, baru-baru ini mencuri perhatian publik bukan hanya karena kemegahannya, tetapi juga karena kehadiran teknologi modern, stairlift. Alat bantu naik ini mencuri perhatian saat digunakan dalam kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (29/5/2025) lalu.

Pemasangan stairlift ini langsung menuai rasa penasaran masyarakat. Banyak yang bertanya, bagaimana mungkin teknologi modern bisa dipasang di candi Buddha terbesar di dunia tanpa merusak nilai sejarah dan struktur bangunan?”

Untuk menjawab keraguan tersebut, berikut penjelasannya. Total ada empat unit stairlift yang dipasang secara portable, menjangkau dari lantai 3 hingga lantai 7 candi. Setiap unit sepanjang 3 meter, dilengkapi sabuk pengaman dan dioperasikan lewat remote. Butuh waktu sekitar 3-4 menit untuk menempuh satu lantai, terhitung cepat, nyaman, dan aman.

Direktur Utama InJourney, Maya Watono, memastikan bahwa teknologi ini tidak mengganggu integritas situs warisan dunia tersebut.

“Tidak ada pengeboran, tidak ada paku, dan tidak menyentuh langsung batuan candi. Semua struktur dibuat portable dan bisa dipindah sewaktu-waktu,” jelas Maya.

Salah satu tokoh agama Buddha, Tanto Harsono, Ketua DPD Walubi Jawa Tengah, turut menjajal stairlift ini dan menyampaikan kekagumannya.

“Biasanya saya naik tangga sambil bawa tongkat karena kaki saya pascaoperasi. Tapi dengan stairlift, saya cukup duduk manis. Ini luar biasa!” ujarnya antusias.

Menurutnya, alat ini tidak hanya mempermudah akses bagi para lansia, tapi juga ramah bagi penyandang disabilitas. Ia menyebut teknologi ini sebagai bentuk nyata inklusivitas di tempat wisata spiritual.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Bhikku Phrakhruwinaitorn Rungdet, seorang biksu dari Thailand yang turut mencoba stairlift.

“Saya sendiri pernah operasi jantung. Bagi kami para lansia atau mereka yang punya kendala fisik, alat seperti ini sangat menolong. Saya berharap teknologi seperti ini tetap dipertahankan,” tuturnya.

Meskipun keberadaan stairlift ini tidak mencolok dan dirancang untuk tidak mengganggu estetika candi, diskusi tentang kelanjutan penggunaannya masih bergulir. Keputusan akhir berada di tangan Kementerian terkait dan pihak pengelola Candi Borobudur, termasuk InJourney.

Namun satu hal yang jelas, kehadiran stairlift telah membuka harapan baru bahwa pariwisata warisan budaya dapat lebih inklusif, tanpa kehilangan nilai sejarahnya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.