Kebutuhan Sarjana Terampil Bidang Pekerjaan Umum di Indonesia Masih Kurang
90 Persen Lulusan Politenik Pekerjaan Umum Semarang Langsung Kerja
METROJATENG.COM, SEMARANG – Kebutuhan tenaga terampil di bidang Pekerjaan Umum (PU) di Indonesia masih saat kurang, meski banyak lulusan sarjana. Tak heran lulusan Politeknik PU Semarang , 90 Persen terserap didunia konstruksi.
Direktur Politeknik Pekerjaan Umum Semarang Thomas Setiabudi Aden mengatakan lulusan sarjana kini sangat banyak. Namun persaingan pasar yang makin ketat membuat lulusan yang memiliki ketrampilan yang lebih yang akan dipilih
“Hadirnya Politenik PU ini sangat tepat, karena mampu menghasilkan lulusan sarjana D3 yang terampil. Hal ini dikarenakan sistim pendidikan adalah 70 persen praktek dan 30 persen teori,” jelas Thomas disela sela acara seminar International Hybrid Seminar Form Risk to Resilience : Collaborating for Effective Water Related Disaster Risk Mangement in Climate Change di Auditorium Politeknik PUPR Semarang, Kamis (14/12/2023).
“Lebih dari 90 persen lulusan Politeknik PU Semarang langsung diterima kerja setelah 3 bulan kelulusannya. Ini membuktikan kebutuhan tenaga terampil di Indonesia sangatlah masih sangat kurang,” tambahnya.
Menurutnya, Politeknik PU Semarang lebih fokus menyiapkan generasi muda dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini dikarenakan infrastuktur sangat dibutuhkan , sehingga dibutuhkan tenaga terampil di bidang pekerjaan umum agar Indonesia semakin maju.
Menurut Thomas, Politeknik PU rintisan kementrian PUPR ini memiliki 3 jurusan yakni D3 Teknologi Konstruksi Bangunan Air, D3 Teknologi Konstruksi Jalan dan Jembatan D3 Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung. Meski terhitung baru, namun lulusannya cepat dalam mendapatkan pekerjaan, karena mereka memiliki ketrampilan yang lebih sehingga siap untuk kerja.
Guna meningkatkan lulusannya, pada kesempatan yang sama Politeknik Pekerjaan Umum Semarang mengadakan Hybrid Seminar Form Risk to Resilience : Collaborating for Effective Water Related Disaster Risk Mangement in Climate Change yang dihadiri berbagai peserta dan pemangku kepentingan yang mencintai water resources dan keairan.
“Semninar international kali ini dalam rangka menyambut World Water Forum (WWF), diikuti 200 peserta yang hadir secara offline dan 1.000 peserta yang melalui daring baik dari dalam maupun luar negeri,” katanya.
Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) Pusdataru Kementrian PUPR Bob Arthur Lombogia menyampaikan dalam menghadapi perubahan lingkungan selalu dihadapkan dengan bencana, sehingga pembangunan infrastruktur yang baik sangatlah penting. Selain itu pemanfaatan air sebagai energi perlu mendapat perhatian.
Menghadapi musim penghujan ini tentunya bahaya banjir menjadi ancaman. Untuk itu dalam jangka pendek harus dilakukan pengangkatan sedimentasi.
“Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementrian PUPR dalam upaya mitigasi penanganan banjir seperti pengerukan dan menormaliasai sungai untuk menampung air saat musim penghujan,” katanya.
Menurut Bob pengangkatan sendimen ini hanya bersifat sementara, karena yang lebih penting pemeliharaan sungai. untuk itu peneligaraan mulai dari hulu ke hilir harus dilakukan.
“Jadi pemeliharaan sungai lebih penting, agar mampu menampung air di saat musim penghujan,” tambahnya. (tya)