PVMBG Kementerian ESDM Resmikan Tiga Alat Peringatan Dini Longsor di Desa Kedungurang
METROJATENG.COM, BANYUMAS – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meresmikan Landslide Early Warning System, (LEWS) yang berada di Desa Kedungurang, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas. Alat tersebut berfungsi sebagai peringatan dini terjadinya pergerakan tanah atau longsor.
Peresmian dilakukan oleh Kabag Umum PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Sumardi S.T,M.M. Dalam paparannya, Sumardi menyampaikan tentang beberapa hal yang menjadi pemicu longsor, seperti infiltrasi atau resapan air, misalnya air hujan dan saluran irigasi yang kedap air, kemudian getaran seperti gempa bumi, letusan gunung api, ledakan atau pergerakan kendaraan berat pada lereng, pemanfaatan lahan pada lereng yang tidak tepat, pembebanan lereng yang berlebihan serta pemotongan lereng tanpa perhitungan.
“Dari hasil kajian, secara umum potensi longsor di Desa Kedungurang ini sangat tinggi. Hal ini terlihat dari jenis materialnya, berupa material moderate resistivity di bagian bawah dan material low resistivity pada bagian permukaan. Desa ini, sampai dengan kedalaman 20 meter, terdiri dari material lunak dan lereng terbentuk dari lapukan tanah yang bercampur dengan rombakan batuan andesit basaltik serta batu pasir. Sehingga berpotensi mengalami pergerakan tanah berulang dari waktu ke waktu”, terangnya.
Terkait pemasangan LEWS tersebut, Sumari menjelaskan, LEWS merupakan alat yang memberikan peringatan dini kepada masyarakat di daerah rawan bencana longsor. LEWS terdiri dari sistem akuisisi data, power, telemetri data, peringatan dan sistem penyimpanan data.
“Sistem akuisisi data berupa dua sensor utama, yaitu sensor extensometer untuk mendeteksi pergeseran tanah dan rain gauge untuk mendeteksi curah hujan”, jelasnya.
Rekomendasi
Pada kesempatan tersebut, Sumardi juga menyampaikan beberapa rekomendasi untuk Desa Kedungurang. Antara lain, bangunan rumah sebaiknya bukan rumah permanen, perlu dilakukan penguatan pada tebing jalan, tidak melakukan pemotongan lereng yang tegak dan tinggi, serta membuat jalur evakuasi untuk antisipasi bencana pergerakan tanah.
“Masyarakat diharapkan waspada, terutama setelah turun hujan dan perlu dilakukan pengawasan di sekitar lereng, jika muncul keretakan tanah. Penataan drainase di area pemukiman juga harus diperhatikan. Selain itu, kita juga berharap masyarakat bisa mulai menanam, terutama tanaman yang berakar dalam dan kuat”, ucapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho berharap, masyarakat serta pemerintah desa setempat dapat menjaga alat deteksi longsor tersebut, mengingat manfaatnya sangat besar, demi menjaga keselamatan warga desa. Terlebih lagi, memasuki akhir bulan September dan awal bulan Oktober nanti, sudah masuk musim hujan, masyarakat diimbau untuk aktif menyimak informasi dari BMKG.
“Desa Kedungurang ini sudah menjadi desa Tangguh bencana, sehingga masyarakat sudah memahami langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana”, harapnya. (ADV)