BCA Dukung Industri Kreatif Lewat Gelaran Budaya Satu dalam Cita di Pura Mangkunegaran Solo
402 Orang Terbatas Dalam Pagelaran Seni Budaya Sudamala Calonarsng

METROJATENG.COM, SOLO — PT Bank Central Asia tbk (BCA) terus mendukung pekembangan industri kreatif, UMKM, pariwisata dan kesenian lokal. Salah satunya melalui gelaran budaya “Satu Dalam Cita” yang berlangsung di Pura Manggkunegaran Solo.
Berbagai kegiatan mulai Pertunjukan SUDAMALA: Dari Epilog Calonarang, Pasar Kangen, Sudamala Tour, Royal Heritage Dinner, Ruwat Bumi Pura Mangkunegaran, dan Lokakarya Kesenian akan hadir mulai tanggal 23 – 25 Juni 2023.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, gelaran budaya Satu Dalam Cita ini merupakan dukungan Bank BCA terhadap perkembangan industri kreatif, UMKM, pariwisata dan kebudayaan di tanah air.
“Kami bangga karena dapat teribat di dalam acara Satu dalam Cita ini. Kami sangat mengapresiasi setiap ide kreatif yang diusung dalam acara ini, sehingga berhasil menarik perhatian dan kepedulian masyarakat akan nilai budaya dan kesenian luhur yang ditampilkan. Hal ini selaras dengan salah satu pilar program CSR Bakti BCA, yakni Bakti Budaya, yang senantiasa berkomitmen untuk turut merawat dan melestarikan tradisi budaya luhur yang merupakan identitas jati diri bangsa,” ujar Hera di Solo, Kamis 22 Juni 2023.
Hera juga berharap,acara Satu dalam Cita ini dapat menciptakan multiplier effect untuk perekonomian nasional, yaitu berupa peningkatan produktivitas dan kualitas hidup para seniman dan pelaku UMKM, serta peningkatan aktivitas pariwisata di Solo selaras dengan program pemerintah Bangga Berwisata #DiIndonesiaAja.
KGPAA Mangkunegara X, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo mengatakan, Kota Solo sendiri merupakan kota yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa, memiliki daya tarik serta kekhasan yang tidak bisa ditemukan di daerah lain.
“Beriringan dengan pementasan Sudamala, kami juga mengadakan Royal Heritage Dinner, di mana pengunjung dapat menjadi bagian dari kegiatan budaya di Pura Mangkunegaran, baik lewat kuliner maupun pengalaman budaya tari dan karawitan,” ujarnya.
Walikota solo Gibrean Rakabuming Raja , dalam kesempatan tersebut juga menyambut baik gelaran seni budaya “Satu Dalam Cinta”.
“Saya sangat mendukung gelaran seni budaya di Mangkunegaran.Pasalnya dengan gelaran ini , Mangkunegaran bisa menjadi wadah penguat seni budaya dalam mengekspresikan kreatifitas karyanya,” tambahnya.
Produser Sudamala: Dari Epilog Calonarang, Happy Salma menyampaikan, sangat senang dan bangga sekali dapat berkolaborasi dengan begitu banyak pihak dari latar budaya yang beragam. Pementasan Sudamala ini secara keseluruhan melibatkan ratusan orang.
“Akan ada 402 orang; selain seniman dan maestro juga pekerja seni dan tenaga profesional, di antaranya 102 orang didatangkan dari Bali, 44 orang berasal dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sekitarnya, serta 256 tim kerja, penari, dan pegiat seni dari Solo,” ungkap Happy Salma, yang terkejut karena dalam waktu 2 jam 1.200 tiket terjual habis.
Nicholas Saputra menambahkan, sangat terharu dan surprise dengan antusias penonton yang luar biasa. Ini adalah pertunjukan seni tradisi dimana dalam kurun waktu beberapa jam setelah pemesanan pertunjukan dibuka melalui website, tiket telah terjual habis 90%.
“Ini menandakan bahwa seni tradisi memiliki magnet dan relevansi dengan masyarakat umum saat ini. Hadirnya pementasan turut menghidupkan ekosistem seni pertunjukan yang berkontribusi dalam menggerakan perekonomian masyarakat. Tidak hanya masyarakat Solo yang menonton, namun juga orang-orang dari berbagai kota di Indonesia, bahkan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia,” kata Nicholas Saputra.
Sang Sutradara pertunjukan, Jro Mangku Serongga mengatakan, pertunjukan Sudamala: Dari Epilog Calonarang ini menampilkan 2 tokoh sentral yaitu Walu Nateng Dirah (Calonarang) dan Mpu Bharada, sebagai simbol dualisme yang esensinya pada pertunjukan ini sebagai upaya penyelarasan atau harmonisasi sehingga akan muncul keharmonisan.
Penata Musik Sudamala: Dari Epilog Calonarang, I Wayan Sudirana menambahkan, Sudamala: Dari Epilog Calonarang sengaja digarap baru, masih memakai elemen-elemen tradisional yang melekat pada iringan Calonarang pada umumnya.
“Konsep musikalnya merujuk kepada konsep musik Neo-Traditional (tradisional baru)—membuat iringan dengan struktur dan pola garap baru, dan secara bersamaan berusaha mempertahankan elemen-elemen dan karakteristik tradisi dari Calonarang itu sendiri,” pungkasnya. (tya)