Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Desa Tunjung: Menanamkan Semangat Kebangsaan di Era Digital

METROJATENG.COM, BANYUMAS – Di tengah derasnya arus informasi digital dan tantangan terhadap nilai-nilai kebangsaan, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) terus menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Salah satu titik penting kegiatan ini berlangsung di Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, pada Mei 2025 lalu.

Mengambil tempat di Aula Balai Desa Tunjung, kegiatan tersebut dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai unsur masyarakat, termasuk perangkat desa, tokoh agama, pemuda karang taruna, dan warga umum. Acara dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang menggelorakan semangat nasionalisme para peserta.

Dalam sambutannya, Ristam, selaku perwakilan panitia, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar formalitas rutin, melainkan bagian dari misi besar MPR RI dalam menanamkan dan menguatkan nilai-nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Empat Pilar bukan sekadar slogan, tapi fondasi kehidupan berbangsa. Kami ingin masyarakat tidak hanya menghafalnya, tapi mampu mengamalkannya dalam keseharian,” ujar Ristam.

Caption Foto : Anggota MPR RI dari Dapil Jawa Tengah VIII, H. Wastam menggelar sosialisasi 4 pilar di Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. (Foto : Dok.Tim)

Menyemai Nilai Pancasila di Tengah Disrupsi Teknologi

Anggota MPR RI dari Dapil Jawa Tengah VIII, H. Wastam S.E. S.H. M.H hadir sebagai narasumber utama. Ia menyampaikan pentingnya memperkuat wawasan kebangsaan di tengah gelombang globalisasi dan disrupsi teknologi yang masif.

“Pancasila harus menjadi gaya hidup. Saat kita menolong sesama atau menjaga toleransi, kita sedang mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya. Ia menekankan bahwa Pancasila juga harus menjadi filter terhadap budaya asing dan informasi digital yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.

Pembahasan kemudian mengarah pada UUD 1945 sebagai konstitusi yang hidup dan relevan, bahkan di tingkat desa, Wastam mencontohkan bagaimana nilai-nilai demokrasi bisa diterapkan melalui musyawarah desa dan sistem penganggaran yang partisipatif.

“Keputusan di tingkat RT pun harus mencerminkan semangat UUD 1945. Hak dan kewajiban warga negara berlaku dari pusat hingga desa,” katanya.

Lebih lanjut, Wastam menyoroti ancaman nyata terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti separatisme, intoleransi, dan provokasi berbasis SARA yang marak di media sosial. Ia menyerukan agar seluruh elemen masyarakat ikut berperan menjaga stabilitas dan keamanan lingkungan.

“NKRI adalah harga mati. Menjaga keutuhannya bukan hanya tugas TNI-Polri, tapi tanggung jawab kita semua,” tegasnya.

Menyinggung pilar terakhir, Bhinneka Tunggal Ika, Wastam memuji kerukunan antarumat beragama yang masih kuat di Desa Tunjung. Menurutnya, desa ini mencerminkan semangat “berbeda-beda tetapi tetap satu” yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Namun ia mengingatkan, tantangan baru muncul di dunia digital, seperti hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi politik.

“Kita harus bijak bermedia sosial. Jangan mudah terpancing isu-isu yang memecah belah,” imbuhnya.

Diskusi berlangsung hangat. Tokoh agama H. Khotim menyuarakan keprihatinannya terhadap menurunnya minat generasi muda terhadap wawasan kebangsaan. Menanggapi hal itu, H. Wastam menyampaikan berbagai inovasi MPR RI seperti aplikasi 4 Pilar Kita”, podcast kebangsaan, dan lomba konten kreatif. Ia juga mendorong pembentukan ‘Kader Muda 4 Pilar’ di Desa Tunjung, yang akan mendapat pelatihan khusus untuk menjadi agen perubahan di komunitasnya.

Ketua Karang Taruna Desa Tunjung, Nursalim, menyoroti banyaknya konten provokatif di media sosial. Menjawab hal itu, Wastam mendorong pemuda desa untuk menjadi “duta perdamaian digital”, dengan menyebarkan konten positif dan membangun ruang digital yang sehat.

Mengakhiri sesi, politisi Partai Demokrat ini berharap kegiatan sosialisasi ini menjadi titik awal gerakan berkelanjutan. Ia mengajak masyarakat untuk terus menyalakan semangat kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari, seraya mengutip pesan Presiden Soekarno: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Dengan antusiasme peserta dan semangat gotong royong yang tinggi, Desa Tunjung diharapkan bisa menjadi teladan sebagai Desa Sadar Konstitusi, yang aktif menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan di era digital.

Comments are closed.