Embung Cinta Gumelem, Dari Rawa Terlupakan Jadi Surga di Kaki Merbabu
METROJATENG.COM, MAGELANG – Siapa sangka, rawa yang dulunya sunyi dan tak terjamah di Desa Gumelem, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, kini menjelma menjadi destinasi wisata yang memikat hati secara harfiah dan visual. Bertengger di lembah Dusun Tajang, Embung Cinta Gumelem berbentuk hati kini menjadi simbol cinta antara alam dan manusia.
Embung seluas 260 hektare lebih ini dibangun pada 2023 oleh Kementerian PUPR dengan anggaran Rp18,7 miliar. Tak hanya menjadi sumber kehidupan bagi pertanian hortikultura setempat, embung ini juga menjadi ruang sosial baru bagi warga dan pengunjung.
“Ini bukan hanya proyek infrastruktur, tapi jawaban dari harapan warga yang sudah lama ingin punya ruang hijau yang hidup,” kata Kepala Desa Gumelem, Budi Sukirman.
Embung ini mampu menampung 13.260 meter kubik air dan mengalirkan 2 liter per detik ke lahan-lahan pertanian sekitar. Tapi keajaiban sesungguhnya justru terlihat dari atas, ketika bentuk hati raksasa itu tampak dikelilingi permukiman asri, dengan latar belakang Gunung Merbabu dan Andong yang menjulang.
Lebih dari Sekadar Waduk
Kini, embung bukan hanya soal irigasi. Di sekelilingnya dibangun jogging track, taman, mushola, los kuliner, hingga panggung pertunjukan yang menjadi tempat tampilnya kesenian rakyat seperti jathilan dan soreng.
“Dulu warga hanya punya sawah dan ladang. Sekarang, kami punya tempat berkumpul yang bisa menghidupkan tradisi dan ekonomi,” ujar Kepala Dusun Tajang, Supriyanto.
Embung juga menjadi panggung alami bagi pertunjukan langka, burung sriti menari di atas air, ikan-ikan berkejaran di bawah permukaan, dan senja yang jatuh perlahan ke permadani hijau ladang-ladang sayur.
Uniknya, embung ini tidak dibuka untuk pemancingan bebas. Hanya sekali setahun, menjelang Ramadan, lomba memancing digelar dengan tiket Rp 15.000. Suasana saat itu, menurut warga, seru dan penuh nostalgia.
Embung Gumelem adalah bukti bahwa pembangunan tak harus mengorbankan keindahan. Ia bisa hadir sebagai ruang yang merawat kebutuhan teknis, nilai-nilai budaya, dan cinta manusia pada alam. Dari rawa yang terlupakan, kini hadir sebuah oase yang menyatukan generasi tua dan muda dalam satu aliran air, udara, dan cerita. Sebuah detak jantung hijau di tengah alam Magelang.
Comments are closed.