Perahu Karet Terbalik Saat Rafting, Warga Sukoharjo Tewas Terseret Arus
METROJATENG.COM, SEMARANG – Liburan akhir pekan yang seharusnya menjadi momen penuh keseruan berubah menjadi tragedi bagi enam orang yang mengikuti kegiatan arung jeram (rafting) di Sungai Tuntang, Kabupaten Semarang. Salah satu peserta, Angga Joko (31), warga Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, ditemukan meninggal dunia setelah perahu karet yang ditumpanginya terbalik.
Rombongan terdiri dari lima wisatawan dan satu pemandu rafting berangkat dari Base Camp Rafting Desa Sambirejo, Kecamatan Bringin, sekitar pukul 09.30 WIB. Mereka mulai pengarungan di titik start sekitar PLTMH Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, satu jam kemudian.
Namun baru sekitar 10 menit menikmati jeram, perahu mereka terbalik. Arus sungai menyeret seluruh peserta, meski saat itu kondisi cuaca dan debit air dilaporkan normal. “Kejadiannya terjadi cepat, perahu terbalik dan seluruh penumpang tercebur,” ungkap Kapolres Semarang, AKBP Ratna Quratul Ainy.
Menurut keterangan, lima orang peserta berasal dari Kabupaten Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali. Meski sudah mengenakan perlengkapan keselamatan seperti pelampung dan helm, dua orang terseret cukup jauh oleh arus. Salah satunya adalah Angga Joko.
Jasad Angga ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa sejauh 1,5 kilometer dari lokasi perahu terbalik, tepatnya di tepi sungai kawasan wisata Pesona Garda, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus. “Korban masih mengenakan perlengkapan rafting saat ditemukan oleh salah seorang pengunjung wisata,” jelas Kapolsek Bringin, AKP Sudaryono.
Satu korban lain, Radevka (24), sempat hanyut terbawa arus namun berhasil ditemukan selamat sekitar 3 kilometer dari lokasi kejadian. Seluruh korban telah dievakuasi, dan jasad Angga dibawa ke RSUD Salatiga untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pihak kepolisian mengimbau pengelola wisata rafting dan para pengunjung untuk lebih waspada dan memahami situasi aliran sungai sebelum melakukan aktivitas. “Meski cuaca tampak cerah, perubahan debit air bisa terjadi akibat hujan di daerah hulu. Kami juga menyarankan peserta yang tidak bisa berenang agar tidak memaksakan ikut kegiatan arung jeram,” tambah AKP Sudaryono.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa wisata alam menyimpan potensi bahaya yang tidak bisa diabaikan, dan keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan petualangan.
Comments are closed.