Muhammadiyah Gandeng BP2MI, Wujudkan Misi Besar Mencetak Pahlawan Devisa yang Tangguh dan Terlindungi
METROJATENG.COM, YOGYAKARTA – Dalam langkah strategis yang penuh semangat perubahan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggandeng Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk sebuah kolaborasi besar: memberdayakan dan melindungi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari hulu ke hilir.
Kesepakatan ini bukan sekadar tanda tangan di atas kertas. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa MoU ini adalah panggilan untuk bertindak nyata. “Bagi kami, kerja sama ini adalah komitmen moral dan sosial untuk ikut membangun bangsa, dengan memberdayakan calon PMI agar siap mental, skill, dan legalitasnya,” tegas Haedar dalam acara yang digelar di Kantor PP Muhammadiyah, Rabu (16/4/2025).
Langkah ini menjadi jawaban Muhammadiyah atas tantangan zaman: banyaknya PMI yang berangkat tanpa keterampilan memadai atau terjebak jalur ilegal. Muhammadiyah ingin mengubah narasi itu.
“Bayangkan kalau PMI kita yang berangkat ke Jepang atau Timur Tengah adalah lulusan program studi keperawatan dari kampus-kampus Muhammadiyah. Kita bukan hanya kirim tenaga kerja, tapi duta bangsa yang profesional,” tambah Haedar.
Melalui kerja sama ini, Muhammadiyah akan memperkuat sosialisasi, pembekalan, dan pendidikan bagi calon PMI—dimulai bahkan sebelum mereka memutuskan untuk bekerja ke luar negeri. Dan yang tak kalah penting: memastikan jalur yang mereka tempuh adalah jalur yang legal dan terjamin.
Menteri/Kepala BP2MI, Abdul Kadir Karding, mengakui langsung bahwa kerja sama ini adalah langkah taktis dan mendesak. “Terus terang, saya datang ke sini untuk minta tolong. Masalah PMI kita kompleks dan tidak bisa diselesaikan sendirian. Muhammadiyah punya jaringan, pengalaman, dan kredibilitas. Ini adalah sinergi strategis,” ungkap Karding.
Menurutnya, Muhammadiyah bukan hanya mitra, tapi juga pionir dalam membangun sistem perlindungan dan pemberdayaan berbasis nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman yang kokoh.
Dalam visi ke depan, kedua pihak ingin memastikan bahwa Indonesia tak lagi dikenal sebagai negara pengirim pekerja tanpa keterampilan, tapi sebagai eksportir SDM unggul dan berdaya saing tinggi. Tak hanya mengandalkan kekuatan otot, tapi juga pengetahuan dan hati nurani.
“Kerja sama ini adalah bukti bahwa Muhammadiyah tak pernah absen dalam perjuangan bangsa, sejak zaman kemerdekaan sampai era globalisasi tenaga kerja,” pungkas Haedar.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.