Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Banyumas Rancang Skema Kolaborasi Tuntaskan Pengangguran dan Kemiskinan Berdasarkan Potensi Wilayah

METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Kabupaten Banyumas terus melakukan berbagai upaya untuk mengentaskan pengangguran dan kemiskinan ekstrem di wilayahnya. Skema dengan memadukan potensi wilayah menjadi salah satu inovasi yang bakal diterapkan tahun depan, dengan mempererat kolaborasi bersama berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) hingga pihak swasta.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappedalitbang) Kabupaten Banyumas, Dedy Noerhasan S.T. M.Si mengatakan, dengan skema kolaborasi dan memanfaatkan potensi masing-masing wilayah, angka pengangguran dan kemiskinan ektrem akan mampu dituntaskan secara cepat.

Pemanfaatkan potensi wilayah yang dimaksud adalah dengan mengembangkan potensi yang high velue di wilayah tersebut dan memaksimalkan penggarapannya, dengan melatih para pengangguran menjadi ahli di bidang tersebut. Dedy mencontohkan, untuk Kecamatan Kemranjen, Somagede, Sumpiuh dan Tampak memiliki potensi pertanian Durian Bawor. Jenis durian ini memiliki harga yang tinggi, sehingga jika dilakukan pengembangan pasar akan mendatangkan penghasilan yang besar bagi petani setempat.

“Kita lakukan pelatihan terhadap warga yang belum mempunyai pekerjaan untuk budidaya Durian Bawor, dengan menggandeng Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) serta Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinakerkop UKM) Kabupaten Banyumas. Untuk membuka peluang pasar, kita berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag). Sehingga para petani fokus untuk meningkatkan hasil pertanian, tanpa dibebani dengan memikirkan pemasaran”, terang Dedy.

Demografi Pengangguran

Dari data Bappedalitbang Banyumas, jumlah pengangguran di Banyumas mencapai 53.362 orang yang tersebar di berbagai wilayah. Angka pengangguran paling banyak yaitu di Kecamatan Ajibarang yang mencapai 4.706 orang, kemudian Kecamatan Cilongok ada 4.196 orang, Kecamatan Kebasen ada 3.768 orang dan paling sedikit adalah di Kecamatan Purwokerto Barat yaitu hanya 179 orang.

Dari jumlah tersebut, angka pengangguran tertinggi pada usia 18 – 34 tahun, yaitu mencapai 62%, kemudian usia 35 – 58 tahun sebanyak 28% dan pada usia 15 – 17 tahun atau usia sekolah ada 5% serta pada usia lansia di atas 58 tahun ada 5%. Dari sisi pendidikan, angka pengangguran tertinggi dengan jenjang pendidikan SMA/SMK yaitu mencapai 34,8%, disusul tamatan SMP sebanyak 24,2%, tamatan SD ada 23,7%, tidak tamat SD ada 14,4%, jenjang pendidikan sarjana ada 2,1% dan diploma 0,7%.

“Untuk angka pengangguran yang masuk kategori usia sekolah, yaitu 15 – 17 tahun, solusinya adalah kita dorong supaya kembali bersekolah. Sedangkan untuk usia lainnya, intervensinya disesuaikan dengan pendidikan, misalnya untuk yang tidak tamat SD, bisa menggarap lahan pertanian, untuk yang tamatan SMP, bisa terjun dalam pengolahan hasil pertanian, tamatan SMA/SMK bisa turun di bidang marketing dan seterusnya”, jelas Dedy.

Selain potensi pertanian dan peternakan lokal, potensi lain yang dapat menjadi lahan pekerjaan untuk mengentaskan pengangguran adalah pengolahan sampah. Dimana jika pada satu desa/kelurahan minimal terdapat satu bank sampah, maka akan mampu menyerap tenaga kerja. Minimal untuk pengurus bank sampah direkrut 4 orang dan yang lain bisa berkontribusi dengan melakukan budidaya magot.

Skema kolaborasi menggarap potensi wilayah ini, lanjut Dedy, juga membutuhkan dukungan dari pihak desa/kelurahan sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Diharapkan desa juga bisa menyisihkan anggaran untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengentasan pengangguran dan kemiskinan ektrem.

“Desa mengelola dana kisaran Rp 2 miliar, jika disisihkan minimal Rp 100 juta untuk menggelar pelatihan bagi warga yang belum mendapat pekerjaan di desa tersebut, pasti kemanfaatannya lebih besar. Warga desa akan mendapat ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di desanya, sehingga bisa langsung bekerja”, tuturnya.

Metode ‘mengeroyok’ pengangguran dan kemiskinan ektrem dengan melibatkan berbagai pihak dan disesuaikan dengan potensi wilayah ini, akan mulai diterapkan tahun depan. Menyimak skema kolaboratif tersebut, ada optimisme penanganan pengangguran dan kemiskinan di Banyumas akan sangat efektif. (ADV)

Comments are closed.