Mahasiswa Akhir Tidak Perlu Stres Karena Skripsi
Oleh : Bitran Tony, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Jambi
METROJATENG.COM, JAMBI – Kita semua tahu bahwasanya tugas akhir bagi mahasiswa yang mengenyam pendidikan S-1 berupa Skripsi yang merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dengan terlebih dahulu melakukan riset atau penelitian ilmiah. Skripsi dari setiap mahasiswa tentunya menjadi parameter apakah mahasiswa tersebut layak untuk menyandang gelar sarjana sesuai studi yang mereka ambil. Oleh karena itu penyusunan Skripsi merupakan ‘fase’ yang pasti dilalui oleh setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar akademik sebagai reward dari hasil kerja keras mereka selama beberapa tahun. Dengan tuntutan seperti ini para mahasiswa khususnya mahasiswa akhir tentu akan berusaha memberikan yang terbaik agar mendapatkan hasil maksimal dan menjadi lulusan terbaik dengan predikat cumlaude.
Namun disamping itu, tak sedikit mahasiswa yang nyatanya banyak menghadapi kendala pada saat tiba di fase ini. Salah satu diantaranya adalah gejala stres yang acap kali mengganggu fokus mereka ketika sedang melaksanakan riset atau penelitian. Stres merupakan suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, serta situasi sosial yang kurang terkontrol.
Dikutip dari kemenkes.go.id berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 didapat hasil bahwa lebih dari 12 juta penduduk Indonesia dengan rentang usia diatas 15 tahun (remaja) mengalami stres hingga depresi.
Beberapa gejala stres yang biasa dirasakan oleh mahasiswa akhir seperti tidur tidak teratur, nafsu makan menurun, cemas, gelisah, dan rasa takut berlebihan. Selain itu faktor eksternal yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres antara lain karena tugas skripsi yang tidak kunjung selesai sementara deadline semakin dekat, dosen yang sulit ditemui untuk melakukan bimbingan, serta terlalu banyak dan sering melakukan revisi sehingga timbul perasaan takut jikalau tidak dapat menyelesaikan tugas akhir sesuai waktu yang telah ditentukan.
Telah banyak terdapat kasus mahasiswa akhir yang meninggal dunia dikarenakan stres dengan tugas skripsinya. Berkaca dari peristiwa beberapa waktu lalu dikutip dari merdeka.com pada (2/3/2023) telah ditemukan Seorang mahasiswa Universitas Jambi berinisial GR ditemukan tewas tergantung di kamar indekosnya di Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Dia diduga berbuat nekat dengan mengakhiri hidupnya karena depresi menghadapi banyak persoalan, mulai dari masalah keuangan hingga pembuatan skripsi.
Atas kejadian ini kita menjadi tahu bahwa menjaga dan mengolah stres adalah hal penting yang harus dilakukan bagi siapa saja terlebih bagi mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan tugas skripsi. Tingginya tingkat stress pada mahasiswa akhir ini tentunya dapat berdampak negatif terhadap kualitas SDM di Indonesia 10 tahun kedepan jika tidak ditangani dengan tepat. Hal ini sangat ironi karena seharusnya diusia ini seseorang akan memasuki usia produktif dan waktu yang tepat bagi para remaja untuk menuangkan bakat, ide, serta kreativitasnya malah mereka justru terhambat oleh stres yang mereka alami.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan oleh mahasiswa akhir yang sedang disibukkan dengan skirpsi agar terhindar dari dampak negatif stres ;
1. Mencari circle dan lingkungan yang dapat memotivasi
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian seeorang baik secara fisik maupun psikis. Hal ini dapat digambarkan seperti mahasiswa dengan lingkungan yang bernotabene rajin cenderung akan ikut terpacu untuk menjadi pribadi yang rajin begitupun sebaliknya. Pada intinya mahasiswa harus selektif dalam memilih teman. Jika kita menemukan lingkungan yang tepat maka kita akan jarang menemui kesulitan ketika sedang mengerjakan skripsi karena dapat saling bertukar pikiran satu dengan yang lainnya.
2. Jangan menunda-nunda dan tentukan target
Kebanyakan mahasiswa merasa terbebani ketika harus mengerjakan skripsi tetapi dengan deadline yang sangat mepet. Hal ini dapat meningkatkan persenasi stres bagi mahasiswa tersebut. Namun ini bisa dicegah dengan tidak menunda-nunda tugas ataupun revisi yang diberikan oleh dosen pembimbing. Kita bisa membuat target dengan menulis pada catatan kecil sebagai pengingat.
3. Jangan malu bertanya
Terkadang mahasiswa memiliki ambisi untuk bisa lulus tepat waktu dengan nilai sempurna namun mereka tidak tahu bagaimana kita-kiat untuk mencapai hal itu. Sebagai mahasiswa kita harus aktif bertanya baik itu dengan dosen, kakak tingkat, ataupun teman sebaya agar kita tahu apa yang seharusya kita lakukan dan tidak salah kaprah.
4. Berdoa serta meningkatkan kualitas ibadah
Selain mampu memupuk keimanan dan ketaqwaan terharap Tuhan YME, ibadah juga mampu menguatkan karakter seseorang, mendisplinkan diri, serta menjadikan seseorang menjadi bertanggung jawab. Seorang mahasiswa akhir tidak boleh melupakan poin yang satu ini karena setelah berjuang dan berusaha mahasiswa juga harus mengimbanginya dengan do’a dan ibadah. Manfaat yang akan diperoleh antara lain agar dimudahkan dalam mengerjakan skripsi dan secara psikologis akan membuat diri menjadi lebih tenang. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap emosional mahasiswa tersebut.
5. Healing & Quality Time
Ketika merasa sedikit jenuh setelah mengerjakan skripsi jangan paksakan diri sendiri. Pergilah ke suatu tempat atau lakukanlah suatu pekerjaan yang bisa membuat pikiran kembali fresh. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan yang dirasakan selama mengerjakan skripsi.(*)