Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Waspada TBC: Temukan Obati Sampai Sembuh

0

 

METROJATENG.COM, SOLO – Tingginya penularan tuberkulosis atau TBC menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Hal ini menjadi perhatian pemerintah untuk semakin gencar menangani TBC. Pemerintah pun menargetkan eliminasi TBC pada 2030, yaitu penurunan angka kejadian (incidance rate) TBC menjadi 65 per 100 ribu penduduk.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong, di Jakarta Jumat (27/01) mengatakan semangat pemerintah untuk menurunkan angka kejadian TBC harus diimbangi kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan maupun pengobatan secara tuntas di fasilitas kesehatan yang telah disediakan pemerintah. 

Menurutnya masyarakat tidak perlu takut karena TBC dapat disembuhkan. “Kalau kita menderita TBC kita akan terganggu produktifitasnya karena itu pemerintah menghimbau masyarakat untuk berobat, kalau rutin berobat TBC bisa disembuhkan” katanya. Untuk mencegah dan membangun kesadaran masyarakat akan TBC, Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga kini terus mensosialisasikan bahaya, pencegahan, serta pengobatan TBC melalui berbagai kanal pemberitaan yang ada.

Di tahun 2022 Kementerian Kesehatan menyampaikan Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Sebanyak 91 persen kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya. Namun, hingga kini baru 49 persen kasus TBC yang ditemukan dan diobati sehingga masih banyak yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan.

Untuk menanggulangi TBC, diterbitkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC yang menetapkan target eliminasi TBC pada 2030 yaitu penurunan angka kejadian (incidance rate) TBC menjadi 65 per 100 ribu penduduk. Selain itu juga ditetapkan target penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100 ribu penduduk di Indonesia.

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai bagian tubuh lain, misalnya tulang, kelenjar, kulit, ataupun otak. Bakteri TBC menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau tertawa. Gejala utama pasien TBC paru yaitu, batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise atau rasa lelah, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, serta demam meriang lebih dari satu bulan.

Oleh karena TBC menyebar melalui udara, maka tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan masker atau tisu. Apabila menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk. Serta melakukan vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Jika menderita TBC jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang diderita tidak lagi menular.

Selanjutnya, jika pengobatan TBC tidak dilakukan dengan tepat dan cepat, maka kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap obat, atau disebut Tuberculosis Multi-Drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-drug Resistant (TB XDR). Saat ini, seluruh puskesmas di Indonesia sudah dapat memberikan pelayanan pengobatan TBC. Selain puskesmas, masyarakat bisa mengakses klinik, rumah sakit, serta dokter swasta.

Dalam upaya mendukung eliminasi TBC 2030, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi G. Sadikin menargetkan mulai Januari 2023, pemeriksaan TBC harus mencapai 60 ribu kasus per bulannya. “Saya minta mulai Januari 2023, penemuan kasus TBC harus mencapai 60 ribu per bulan by name by address,” tegasnya saat membuka pertemuan multisektor High Level Meeting (HLM) Tuberkulosis di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/11/2022). Target tersebut, kata Menkes, guna mendorong laju pemeriksaan TBC yang saat ini masih rendah. Dari target 969 ribu angka insiden TBC di 2021, baru 50 hingga 60 persen atau sekitar 500 sampai 600 ribu kasus yang ditemukan.

Upaya lainnya adalah menggalakkan program Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC. Kampanye ini menjadi salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, serta menghentikan penularannya di masyarakat. TOSS TBC menargetkan 90 persen penurunan insiden TBC, dan 95 persen penurunan kematian TBC pada 2030. Langkah-langkah yang dilakukan TOSS TBC meliputi mencari dan menemukan gejala di masyarakat, mengobati TBC dengan tepat, hingga memantau pengobatan TBC sampai sembuh. (tya)

Leave A Reply

Your email address will not be published.