Lawang Sewu, Perpaduan Sejarah, Teknologi, dan Hiburan
METROJATENG.COM, SEMARANG – Lawang Sewu, yang dalam bahasa Jawa berarti “seribu pintu,” adalah salah satu bangunan bersejarah paling terkenal di Indonesia, terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini dibangun pada awal abad ke-20 oleh pemerintah kolonial Belanda dan awalnya berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Bangunan ini dikenal karena arsitekturnya yang khas dan megah bergaya Indische, yang merupakan perpaduan antara gaya Eropa dan elemen tropis lokal. Meskipun tidak benar-benar memiliki seribu pintu, Lawang Sewu memiliki banyak pintu dan jendela tinggi yang menciptakan kesan seolah jumlahnya mencapai seribu, sehingga masyarakat memberinya nama tersebut.
Selain nilai arsitekturnya, Lawang Sewu juga menyimpan banyak kisah sejarah. Selama masa penjajahan Jepang, bagian bawah tanah gedung ini sempat digunakan sebagai penjara dan tempat penyiksaan. Hal inilah yang membuat Lawang Sewu kerap dikaitkan dengan cerita-cerita mistis dan angker, menjadikannya salah satu destinasi wisata sejarah sekaligus wisata horor di Indonesia.
Kini, Lawang Sewu telah dipugar dan dikelola sebagai objek wisata edukatif dan budaya. Pengunjung bisa menjelajahi ruang-ruang utama, aula, menara, serta lorong bawah tanah yang misterius. Selain itu, berbagai pameran sejarah perkeretaapian Indonesia juga diadakan di dalam gedung ini.
Pengalaman Wisata yang Lebih Kaya
Kondisi terkini Lawang Sewu menunjukkan peningkatan signifikan dalam fasilitas dan atraksi. Kini pengunjung bisa menikmati:
-
Area Immersive Digital: Ruangan khusus dengan proyeksi multimedia yang menghidupkan kembali sejarah Lawang Sewu secara visual dan interaktif.
-
Tur Ruang Bawah Tanah: Setelah lama ditutup, ruang bawah tanah kini dibuka kembali untuk umum. Dengan panduan profesional, pengunjung dapat menyusuri lorong-lorong misterius menggunakan perlengkapan keselamatan seperti sepatu bot dan senter.
-
Wisata Malam dan Kuliner: Pada malam hari, suasana Lawang Sewu berubah menjadi tempat nongkrong yang asyik. Terdapat angkringan, live music, dan pencahayaan tematik yang menjadikan bangunan ini semakin hidup.
-
Kegiatan Keagamaan: Pada Idulfitri 2025, Lawang Sewu bahkan digunakan sebagai lokasi Salat Ied berjamaah yang diikuti ratusan jemaah, menandakan terbukanya tempat ini untuk kegiatan komunitas yang lebih luas.
Dengan segala pembaruan tersebut, Lawang Sewu tak hanya menjadi saksi bisu masa kolonial, tapi juga simbol kebangkitan pariwisata budaya yang menyatu dengan teknologi dan komunitas masa kini.
Comments are closed.