‘Pesona Desa Klinting’, Menyatunya Harmoni Budaya, Keindahan Alam dan Semangat Toleransi
BERITA ADVETORIAL
METROJATENG.COM, BANYUMAS – Di balik hijaunya perbukitan Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah permata wisata yang tengah bersinar, yaitu Desa Klinting. Terletak di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut, desa ini tidak hanya menawarkan udara sejuk dan panorama alam yang mempesona, tapi juga menjadi etalase budaya dan simbol toleransi antarumat beragama yang menginspirasi.
Baru-baru ini, Desa Klinting sukses menggelar event akbar bertajuk ‘Pesona Desa Klinting’, sebuah perhelatan budaya yang berlangsung selama tiga hari dan menyatukan keindahan alam, kekayaan budaya lokal, serta semangat gotong royong masyarakat. Kegiatan ini merupakan buah kreativitas dari BUMDes Klinting yang ingin membuka mata wisatawan terhadap potensi luar biasa yang dimiliki desanya.
“Pesona Desa Klinting ini baru pertama kali kami gelar, dan antusiasme warga sungguh luar biasa. Kami menampilkan seni budaya desa, jelajah alam, hingga karnaval budaya yang melibatkan semua elemen masyarakat,” ungkap Ketua BUMDes Klinting, Narto Triono kepada Metrojateng.com, Sabtu (19/4/2025).

Sajian Budaya dan Cerita Legenda
Event ini dibuka langsung oleh Kepala Dinporabudpar Banyumas, Drs. Setia Rahendra, M.Si, yang memberikan apresiasi tinggi atas semangat Desa Klinting dalam menjaga tradisi dan memajukan pariwisata berbasis masyarakat.
“Kegiatannya cukup padat dan melibatkan warga desa, mempererat silaturahmi dan banyak kesenian tradisional yang ditampilkan, wisatawan juga sangat antusias menyaksikan berbagai rangkaian acara yang digelar,” ucapnya.
Masih pada hari pertama, usai pembukaan langsung digelar festival hadroh yang diikuti 10 grup hadroh dan pada malam harinya, dilanjutkan dengan silaturahmi akbar.
Hari kedua tak kalah meriah. Dimulai dari Senam Tera Kecamatan, hingga turnamen voli yang diikuti 14 tim. Puncaknya, sebuah sendratari spektakuler yang mengangkat legenda lokal ‘Babat Watu Lintang’, menggugah emosi penonton melalui kisah cinta yang abadi, ditampilkan oleh para seniman muda berbakat dari desa.
Watu Lintang merupakan salah satu daya tarik wisata di Desa Klinting, yang terletak di Karang Pucung.Menurut legenda, batu terbesar di area ini, setinggi sekitar 20 meter, merupakan petilasan seorang wanita bernama Lintang yang ditinggalkan kekasihnya pada zaman Majapahit.

Karnaval Budaya dan Simbol Toleransi yang Menginspirasi
Hari terakhir menjadi klimaks kebudayaan, digelar karnaval budaya meriah dan melibatkan seluruh RT, menghadirkan parade ogoh-ogoh, kesenian tradisional seperti Begalan, Lesung, Kuda Lumping, hingga Lengger Banyumasan.
“Pada pawai budaya ini, juga diramaikan dengan ogoh-ogoh, ada pula Pura, tempat ibadah umat Hindu yang turut meramaikan karnaval,” jelas Narto.
Sebagaimana diketahui, di Desa Klinting ini terdapat Pura Pedaleman Giri Kendeng, sebuah pura Hindu yang berdiri megah di atas bukit.Pura ini menjadi simbol toleransi beragama yang tinggi di desa ini, di mana umat Hindu dan Muslim hidup berdampingan dengan harmonis.
“Umat Hindu di Desa Klinting cukup banyak, ada sekitar 200 kepala keluarga dan selama ini, hidup berdampingan dengan umat Muslim dengan baik,” kata Narto.
Sebagai penutup, digelar Trail Adventure Jelajah Alam Desa yang diikuti 265 peserta dari berbagai daerah, bahkan hingga dari Jawa Barat. Rute yang menantang, pemandangan yang eksotis, serta sambutan hangat warga menjadikan pengalaman ini tak terlupakan bagi para peserta.
Pesona Desa Klinting bukan hanya sebuah acara. Ini adalah gerbang menuju potensi wisata masa depan, di mana budaya, alam, dan toleransi berjalan beriringan. Desa Klinting telah membuktikan bahwa pariwisata bisa tumbuh dari akar budaya lokal, dengan semangat gotong royong dan cinta terhadap tanah kelahiran.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi keindahan Desa Klinting, surga kecil di Banyumas yang kini tengah bersinar terang.
Comments are closed.