Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Jemunak, Camilan Khas Magelang yang Hanya Ada di Bulan Ramadan

METROJATENG.COM, MAGELANG – Jemunak adalah sajian khas yang hanya ditemukan di bulan Ramadan, berasal dari Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Camilan ini telah menjadi favorit bagi umat Muslim karena rasanya yang khas dan hanya tersedia saat bulan suci. Kelegitan, gurih, dan manisnya rasa jemunak membuat siapa saja yang pernah mencicipinya selalu ingin kembali menikmatinya, terutama saat berbuka puasa.

Secara tradisional, cemilan ini hanya diproduksi oleh keluarga Ponisih, yang berasal dari Dusun Karaharjan, Desa Gunungpring. Ponisih mengolah singkong parut, beras ketan, kelapa parut, dan gula Jawa cair (dikenal dengan sebutan ‘juruh’ dalam bahasa Jawa) untuk menciptakan jemunak yang lezat.

Proses pembuatannya cukup sederhana. Singkong dikupas dan dicuci bersih, lalu diparut. Beras ketan dikukus hingga setengah matang. Kedua bahan ini kemudian dicampur dan dikukus bersama-sama. Setelah matang, adonan tersebut ditumbuk hingga halus dan kalis. Untuk menambah rasa gurih, adonan yang sudah halus ini dicampur dengan kelapa parut dan disiram dengan ‘juruh’. Jemunak disajikan dengan cara tradisional, yaitu dibungkus dengan daun pisang.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, Ponisih kini memproduksi jemunak dalam jumlah lebih banyak dibandingkan tahun lalu. “Tahun ini saya membuat lebih banyak karena pesanan semakin banyak,” ujar Ponisih.

Tahun lalu, Ponisih membuat jemunak dengan bahan baku 15 kg singkong parut dan 3 kg ketan per hari. Namun, tahun ini, jumlah tersebut meningkat dua kali lipat menjadi 30 kg singkong dan ketan per hari.

Ponisih merasa bangga karena jemunak kini menjadi ikon khas Ramadan di Desa Gunungpring. Sejak hari kedua Ramadan, ia mulai memproduksi jemunak dan akan terus membuatnya hingga dua hari menjelang Lebaran.

“Pesanan datang langsung maupun melalui WhatsApp. Selain warga setempat, banyak pedagang dan pembeli dari luar kota seperti Yogyakarta, Semarang, bahkan Jakarta. Saya pernah mengirim ke Kalimantan juga,” ungkap Ponisih.

Harga jemunak pun cukup terjangkau, hanya Rp 3.500 per bungkus. Dalam sehari, Ponisih mampu memproduksi hingga 500 bungkus jemunak.

Dewa, seorang warga Kecamatan Mertoyudan, mengaku penasaran dengan jemunak yang sudah terkenal saat Ramadan. “Saya sengaja datang ke Gunungpring untuk membeli sekaligus melihat cara pembuatannya,” ujarnya. Dewa membeli jemunak untuk berbuka puasa bersama keluarga. Ia juga membagikan camilan tersebut kepada saudara terdekat.

“Saya membeli 10 bungkus untuk buka puasa, selain itu juga untuk dibagikan ke keluarga dekat,” tambahnya.

window.__oai_logHTML?window.__oai_logHTML():window.__oai_SSR_HTML=window.__oai_SSR_HTML||Date.now();requestAnimationFrame((function(){window.__oai_logTTI?window.__oai_logTTI():window.__oai_SSR_TTI=window.__oai_SSR_TTI||Date.now()}))

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.