Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Grebeg Sura Baturraden Masih Jadi Magnet Wisata, Ribuan Warga Padati Lokawisata

0

METROJATENG.COM, BANYUMAS – Prosesi Grebeg Sura Baturraden masih menjadi magnet wisata, terbukti ribuan masyarakat tumpah ruah memadati kawan Lokawisata Baturraden untuk menyaksikan proses Grebeg Sura, MinggU (4/8/2024).

Meskipun untuk tahun ini, acara Grebeg Sura tidak ada kirab, namun tidak menyurutkan masyarakat untuk menyaksikan prosesi tahunan yang digelar Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (DInporabudpar) Kabupaten Banyumas tersebut.

Kepala Dinporabudpar Kabupaten Banyumas, Setia Rahendra menyampaikan, bahwa Grebeg Sura kali ini, memang ada perbedaan dibanding tahun sebelumnya. Acara tahun ini seluruhnya dipusatkan di kawasan lokawisata Baturraden dan tidak ada arak-arakan tumpeng, gunungan, ataupun kenthongan di jalanan.

“Pada Grebeg Sura Baturraden tidak ada pawai, semua kegiatan dipusatkan di dalam kawasan wisata Baturraden”, ucapnya

Namun demikian, acara tradisi Grebeg Sura tidak meninggalkan esensinya. Tetap ada wayangan yang memanjatkan doa, potong tumpeng, larung, serta rebutan gunungan hasil bumi serta pelepasan sepasang ayam dan bebek.

Dan sejak pagi hari, masyarakat sudah memadati kawasan Lokawisata Baturraden, Mereka mengikuti proses hingga akhir, karena berharap ikut dalam berebut gunungan hasil bumi yang diyakini membawa berkah.

Caption Foto : Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro didampingi Kepala Dinporabudpar Banyumas, Setia Rahendra melarung tumpeng dalam Grebeg Sura Baturraden, Minggu (4/8/2024). (Foto : Dok.Prokompim)

 

Gunungan

Koordinator Pengelola Lokawisata Baturraden, Riyanto mengatakan, gunungan hasil bumi dan tumpeng hanya diarak dari area makam ke area Monumen 10 yang berjarak hanya sekitar 50 meter. Serta ada beberapa perubahan dalam atraksi di Lokawisata Baturraden, salah satunya adalah gunungan yang dibawa peserta hanya boleh diperebutkan masyarakat, setelah pertunjukan wayang ruwatan selesai. Setelah doa bersama di area Situs Baturraden, penyembelihan Kambing Kendit, larungan, prosesi perebutan sepasang ayam dan bebek di dekat Sungai Gumawang dan wayangan.

“Gunungan tetap ada karena itu adalah ikon acara yang diperebutkan setelah wayang ruwatan selesai,” jelas Riyanto.

Meski tanpa kirab, acara tradisi grebeg sura tidak meninggalkan esensinya yaitu Larung Tumpeng, Berebut Gunungan Hasil Bumi, serta pelepasan sepasang ayam dan bebek.

Salah satu warga, Kunto dari Rempoah menyampaikan, ia dan keluarganya sengaja datang ke Baturraden untuk menyaksikan tradisi Grebeg Sura. Menurutnya setiap tahun ia menyaksikan acara tersebut dan ikut berebut gunungan yang berisi hasil bumi.

“Saya selalu ikut berebut, karena masih meyakini jika barang atau sayuran yang didapat dari gunungan itu membawa keberkahan atau keberuntungan”, tuturnya. (ADV)

Leave A Reply

Your email address will not be published.