Jelang Pilkada Banyumas 2024, Ini Suara Akademisi Unsoed Untuk Para Kandidat Calon Bupati
METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Menjelang Pilkada Banyumas 2024, berbagai masukan mengemuka dari banyak kalangan, termasuk akademisi. Masukan tersebut seiring dengan besarnya harapan masyarakat Banyumas akan adanya perubahan kondisi menjadi lebih baik dengan pergantian kepemimpinan.
Dalam diskusi para akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Senin (10/6/2024), berbagai saran, harapan hingga kritikan mengemuka untuk pelaksanaan Pilkada Banyumas 2024. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed, Dr.Wahyuningrat mengatakan, Banyumas membutuhkan kepemimpinan transformatif agar bisa mengatasi masalah dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
“Banyumas membutuhkan pemimpin yang transformatif, supaya bisa menghadapi kondisi kontemporer”, ucapnya saat membuka talkshow ‘Sumbangsih FISIP Unsoed pada Pilkada 2024 dan Peluncuran Sekretariat Ikafu’.
Menurutnya, kontribusi dunia kampus dalam pilkada sangat penting, karena bisa memberikan banyak pendidikan politik untuk masyarakat. Unsoed juga bisa merumuskan kriteria-kriteria pemimpin yang cocok dengan kebutuhan masyarakat.
Ketua Jurusan Administrasi Publik Unsoed, Dr.Tobirin lebih menyoroti berbagai permasalahan yang dihadapi calon pemimpin Banyumas kedepan. Salah satunya adalah masalah pengangguran dari kalangan Gen Z yang angkanya bisa mencapai 58.000 orang lebih.
Selain itu, persoalan Indeks Pembangunan Manusia (IMP),distribusi pendapatan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Stunting juga menjadi masalah dihadapi pemerintah dan kemiskinan ekstrim.
“Di sisi lain pendapatan Kabupaten Banyumas itu minim, sehingga pemerintah harus bisa menentukan prioritas anggaran untuk menghadapi masalah yang ada”, ungkapnya.
Kepala Jurusan Komunikasi, Dr. Edi Santoso mengkritisi proses pilkada yang dari waktu ke waktu tidak mampu menjadi proses pendidikan politik untuk masyarakat. Para kandidat yang bermunculan, hanya berlomba-lomba membuat gimmick untuk meningkatkan popularitasnya.
“Pilkada penting untuk pendidikan politik masyarakat. Namun sejauh ini pengalaman Pilkada di Banyumas, belum menyentuh hal-hal substansial tersebut. Para kandidat membangun popularitas dengan gimmick, bukan gagasan besar”, tuturnya.
Buruh Migran
Sementara itu, Wakil Dekan III FISIP Unsoed, Dr. Tyas Retno Wulan memaparkan tentang kondisi Banyumas yang masih menjadi salah satu daerah penyuplai tenaga kerja migran terbesar di Indonesia. Kondisi ini membawa dampak beragam, mulai dari persoalan rumah tangga, tidak bisa mendampingi tumbuh kembang anak, hingga rentannya mereka terhadap pontensi kejahatan perdagangan manusia. Namun, manfaat positif pekerja migran juga sangat terasa bagi masyarakat, yaitu remitansi ekonomi dan sosial.
“Banyak pekerja migran kita setelah pulang menjadi sukses. Ada yang jadi notaris, perangkat desa bahkan sekarang mereka melakukan advokasi pada pekerja migran yang lain”, kata Tyas.
Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Dr. Tunjung Linggarwati menambahkan, calon pemimpin Banyumas harus mempunyai kepedulian besar terhadap pelaku UMKM. Dimana banyak potensi UMKM Banyumas yang berkualitas unggul dan seharusnya mampu merambah pasar ekspor.
Comments are closed.