Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Mantan Ditinggal, Pemilih yang Pragmatis atau Mantan Tak Spektakuler ?

METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Forum diskusi yang menjadi pendidikan politik bagi masyarakat Banyumas memunculkan banyak hal menarik. Salah satunya adalah mantan Bupati Banyumas Banyumas dua periode serta wakil bupati satu periode, Achmad Husein yang gagal dalam pencalonan sebagai DPR RI pada Pemilu 2024 kemarin.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr.Tri Wuryaningsih M.Si mengatakan, kondisi tersebut menjadi menarik, ketika mantan pejabat selama 15 tahun menjadi orang nomor 2 dan 1 di Banyumas ternyata tidak dipilih masyarakat lagi.

“Ada dua kemungkinan, masyarakat kita yang sekarang pragmatis atau selama menjabat sebagai wakil bupati 5 tahun dan bupati 10 tahun, masyarakat menganggap tidak ada prestasi spektakuler yang dilakukan mantan bupati tersebut”, terangnya.

Lebih lanjut Triwur, sapaan Tri Wuryaningsih menjelaskan, pemilu kemarin tidak bisa dipungkiri, serangan amplop sangat dahsyat. Dan hal tersebut sangat menciderai demokrasi.

“Pak mantan bupati tidak bagi-bagi duit, sementara ada caleg dari Jakarta yang menyebar duit luar biasa. Jadi tidak terpilihnya kembali mantan bupati ini, masih perlu kajian lebih lanjut”, ucapnya.

Namun, dari sisi kondisi riil Banyumas saat ini juga tidak bisa dipungkiri, masih banyak persoalan sosial yang belum terselesaikan. Triwur memaparkan, saat ini 5 kecamatan di Banyumas masih dalam kondisi miskin ekstrem, kasus stunting masih tinggi, angka putus sekolah juga tinggi dan yang lebih memprihatinkan, Banyumas menduduki rangking 3 di Jateng untuk kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan.

Pemilih Cerdas

Dalam Fokus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Korelasi Pemilukada dan Kesejahteraan Rakyat’ yang digelar Anggota DPRD Jateng, Bambang Hariyanto Bachrudin ini, Triwur berpesan agar masyarakat Banyumas menjadi pemilih yang cerdas dalam Pilkada Banyumas 2024 nanti. Sebab Banyumas akan menjadi sejahtera atau tidak, berawal dari kecerdasan masyarakat dalam memilih pemimpinnya.

Pilkada, lanjut Triwur, akan membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses demokrasi dan menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal. Dari sisi kompetisi politik, pilkada memungkinkan munculnya lebih banyak preferensi kandidat-kandidat yang bersaing serta memungkinkan masing-masing kandidat berkompetisi dalam ruang yang lebih terbuka.

“Sudah banyak calon bermunculan yang memasang baliho, tinggal dicermati yang sreg yang mana. Namun, harus cerdas dalam menentukan pilihan”, pesannya.

Comments are closed.