Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Sego Gono: Sepiring Kearifan Lokal dari Lereng Sumbing

METROJATENG.COM, TEMANGGUNG – Di balik udara sejuk dan pemandangan asri Temanggung, Jawa Tengah, tersimpan sebuah warisan kuliner yang sederhana namun penuh cita rasa, Sego Gono. Hidangan ini bukan sekadar makanan harian, tetapi juga cerminan kearifan lokal masyarakat pegunungan yang hidup selaras dengan alam. Sepiring Sego Gono bukan hanya mengenyangkan, tapi juga menyampaikan cerita tentang tradisi, kebersamaan, dan kesederhanaan yang masih dijaga hingga kini.

“Sego” berarti nasi, sementara “gono” dalam bahasa Jawa berarti ‘campur’ atau ‘aduk’. Maka, Sego Gono secara harfiah bisa diartikan sebagai “nasi campur”, tapi jangan samakan dengan nasi campur pada umumnya. Sego Gono bukan sekadar nasi yang diberi lauk, melainkan nasi yang dimasak bersamaan dengan berbagai sayuran dan bumbu rempah, menjadikannya sebagai makanan yang utuh dan kaya rasa meski hanya dengan bahan sederhana.

Filosofi Sego Gono berasal dari kehidupan masyarakat agraris Temanggung yang terbiasa hidup sederhana namun kreatif. Mereka memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemukan di kebun atau sekitar rumah: daun singkong, daun pepaya, kelapa parut, dan kadang-kadang irisan jagung muda. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan nasi dan dibumbui dengan sambal kelapa (urap) atau bumbu oseng sederhana.

Cita Rasa yang Hangat dan Membumi

Sekilas, Sego Gono tampak seperti nasi urap atau nasi oseng, namun begitu mencicipinya, Anda akan menemukan perbedaan yang khas. Rasa gurih dari kelapa parut yang disangrai, aroma daun singkong yang khas, serta sentuhan pedas dari sambal bawang memberikan sensasi rasa yang lengkap. Tambahan bawang goreng di atasnya menambah aroma harum dan rasa renyah yang menyatu dalam setiap suapan.

Biasanya, Sego Gono disajikan dengan lauk sederhana seperti tempe goreng, ikan asin, atau telur dadar. Tak jarang pula disertai kerupuk kampung sebagai pelengkap. Keunikan lainnya, makanan ini sering kali disantap tanpa kuah atau sambal berlebih, karena rasa dari nasi dan campurannya sudah cukup kuat dan memikat.

Sego Gono bukan hanya makanan, tapi juga bentuk solidaritas sosial. Di banyak dusun di Temanggung, hidangan ini sering disajikan saat acara gotong royong, kenduri, atau syukuran. Masyarakat akan memasak bersama dalam jumlah besar dan menyantapnya dalam suasana kekeluargaan. Inilah yang menjadikan Sego Gono memiliki nilai lebih: ia mengenyangkan perut sekaligus menghangatkan hati.

Di era modern ini, Sego Gono mulai banyak dihidangkan di warung-warung tradisional maupun kafe bertema lokal. Bahkan, beberapa pelaku UMKM kuliner mencoba mengangkat Sego Gono ke panggung nasional, lengkap dengan kemasan modern tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.