Ketep Volcano Theatre: Menonton Dahsyatnya Merapi di Tengah Kabut Wisata
METROJATENG.COM, MAGELANG – Di punggung sebuah bukit yang dikepung kabut tipis dan semilir udara pegunungan, berdiri sebuah bioskop unik—bukan untuk memutar film fiksi superhero, tapi kisah nyata dari sang raksasa alam: Gunung Merapi. Namanya Ketep Volcano Theatre, dan di sinilah “bioskop bencana” itu hidup.
Berada dalam kompleks wisata Ketep Pass, bioskop mungil ini menyuguhkan pengalaman sinematik yang tak biasa. Layar perak menampilkan bukan sekadar letusan gunung, tetapi juga kisah-kisah manusia yang hidup berdampingan dengan Merapi—gunung yang tak pernah benar-benar tidur.
“Merapi itu seperti orang tua bagi warga lerengnya—menakutkan sekaligus dicintai,” kata Sunar, penjaga sekaligus pemandu informal Ketep Volcano Theatre. Ia sudah hafal betul bagaimana tiap pengunjung yang datang akan keluar dengan wajah berbeda: lebih hening, lebih dalam.
Film dokumenter yang diputar, seperti “Merapi Tak Pernah Ingkar Janji” dan “Nafas Bumi Merapi”, bukan hanya berisi gambar-gambar letusan. Di menit-menit tertentu, kita dibawa menyusuri jalur pendakian berbahaya, menyaksikan para peneliti berjibaku mengukur suhu kawah, dan akhirnya melihat kedahsyatan Merapi meletus dari 2002 hingga tragedi 2010—saat sang juru kunci legendaris, Mbah Maridjan, turut menjadi korban.
“Setelah nonton, rasanya seperti disadarkan. Saya nggak pernah lihat langsung letusannya, tapi film ini bikin merinding,” ungkap Arianti, salah satu pengunjung asal Purworejo yang hari itu datang bersama rombongan senam Ling Tien Kung. Mereka awalnya hanya ingin mampir usai mengunjungi Candi Borobudur. Tak menyangka, pulang dengan pelajaran hidup.
Sinema dan Simulasi Bencana
Film berdurasi 23 menit ini bukan sekadar hiburan wisata. Ia jadi semacam ‘simulasi emosional’ mitigasi bencana. Anak-anak, keluarga, hingga rombongan sekolah dan komunitas—semuanya duduk diam menyimak, lalu keluar membawa bekal pengetahuan baru.
Harga tiketnya pun ramah: hanya Rp 10.000. Kapasitas teater 78 kursi ini fleksibel—film bisa diputar hanya untuk dua penonton, tapi tetap berjalan meski hari biasa terasa sepi. Saat akhir pekan atau libur panjang, studio nyaris tak pernah kosong.
“Kalau hari libur, tiap 30 menit bisa mutar. Kadang penuh terus,” kata Sunar sambil tersenyum.
Dahulu, warga lereng Merapi belajar membaca gejala alam lewat ilmu titen dan lelaku spiritual. Kini, dengan ilmu itu mulai memudar di tengah arus modernitas, Ketep Volcano Theatre mengambil tongkat estafet. Tak lagi lewat mimpi atau tirakat, tapi melalui film yang bisa dinikmati sambil duduk nyaman.
Namun, pihak pengelola tak tinggal diam. Edwar Alfian dari BPOW Ketep Pass menyebutkan bahwa tahun ini akan hadir film dokumenter terbaru, menyajikan letusan-letusan lebih mutakhir dan kisah yang lebih segar. Peluncurannya direncanakan bertepatan dengan libur Lebaran.
“Kami ingin pengunjung, apalagi generasi muda, tak cuma terpesona keindahan Merapi. Tapi juga sadar akan bahayanya, dan tahu bagaimana menyikapinya,” ujar Edwar.
Di era ketika bioskop berlomba-lomba menyuguhkan efek CGI dan superhero, Ketep Volcano Theatre berdiri teguh dengan misi berbeda, menyentuh nurani, menanam kesadaran, dan membumikan pelajaran bencana alam lewat medium yang sederhana tapi mengena.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.