Gunung Wukir : Jejak Megah Kerajaan Mataram yang Terlupa di Tengah Heningnya Alam Magelang
METROJATENG.COM, MAGELANG – Di balik rimbunnya pepohonan dan sunyinya bukit-bukit di Dataran Kedu, berdiri diam saksi bisu masa kejayaan kerajaan Hindu pertama di Jawa, Candi Gunung Wukir. Terlupakan oleh waktu, namun tak lekang oleh sejarah, candi yang juga dikenal sebagai Candi Canggal ini menyimpan salah satu penemuan arkeologis paling menentukan dalam sejarah Nusantara.
Di reruntuhan candi yang kini hanya tersisa tumpukan batu andesit dan serpihan relief, pernah ditemukan sebuah prasasti monumental, yaitu Prasasti Canggal, bertarikh tahun 732 Masehi. Tak hanya menjadi catatan tertulis tertua di Indonesia yang mencantumkan tahun pembuatannya, prasasti ini juga menjadi bukti otentik berdirinya Kerajaan Mataram Kuno yang dipimpin oleh Raja Sanjaya, raja agung yang menjadi cikal bakal Dinasti Sanjaya.
“Ini adalah tonggak sejarah. Candi ini bukan hanya saksi bisu kejayaan masa lalu, tapi juga petunjuk penting bagi para peneliti dalam menelusuri awal mula peradaban Hindu di Jawa Tengah,” ungkap Wisnu Budi Argo Budiono, Kepala Dispuspa Kabupaten Magelang.
Untuk mencapai lokasi, pengunjung harus mendaki sekitar 300 meter dari Dusun Canggal, Kecamatan Salam, Magelang. Tak ada jalur besar, hanya jalan setapak yang membelah kebun dan hutan. Namun sesampainya di puncak, ketenangan dan keagungan masa silam seolah menyapa dalam diam.
Di kompleks ini dulunya berdiri megah satu candi utama dan tiga candi pendamping. Kini, hanya tersisa Yoni, Lingga, dan Arca Nandi, simbol-simbol khas peribadatan Hindu yang menunjuk pada pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Bahkan nama asli kompleks ini, berdasarkan prasasti, diduga adalah Shiwalingga di Kunjarakunja, tempat suci di masa silam yang dipilih untuk menegaskan kehadiran spiritualitas dalam pusat kekuasaan.
Bukti Sejarah yang Tercecer dan Terlupakan
Sayangnya, sebagian besar bangunan telah hancur dan bebatuannya tercerai-berai. Tak sedikit yang bahkan berpindah tangan, digunakan sebagai pondasi rumah warga sekitar atau dijadikan tanggul. Ini adalah kisah sedih dari salah satu candi di wilayah Magelang.
Sejumlah faktor disebut-sebut sebagai penyebab kerusakan parah candi, mulai dari bencana alam seperti gempa dan letusan gunung, hingga perang perebutan kekuasaan yang membumihanguskan pusat-pusat kerajaan.
“Yang kita lihat hari ini hanyalah serpihan masa lalu, tapi serpihan ini berbicara. Ia menyampaikan kepada kita, bahwa peradaban pernah tumbuh, berkembang, dan mencapai puncaknya di sini, jauh sebelum Indonesia berdiri,” ucap Wisnu.
Candi Gunung Wukir bukan satu-satunya warisan sejarah di kawasan Dataran Kedu. Penemuan Candi Losari tahun 2004 dan Petirtaan Mantingan pada 2019 menguatkan dugaan bahwa kawasan ini adalah pusat spiritual dan kekuasaan di era awal Mataram. Di sekitarnya juga ditemukan Candi Gunungsari dan Candi Ngawen, semuanya membentuk semacam “galaksi candi” yang masih menunggu untuk dipahami secara utuh.
Kini, para sejarawan, arkeolog, hingga wisatawan pencinta budaya, mulai melirik kembali candi-candi yang terlupakan ini. Tak hanya sebagai destinasi sejarah, tapi juga sebagai cara untuk memahami akar bangsa ini.
Comments are closed.