Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Wamendikdasmen Apresiasi Puhua School Purwokerto, Sekolah 3 Bahasa yang Jadi Jembatan Kebudayaan

METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Dr. Fajar Riza Ul Haq, M.A., memberikan apresiasi tinggi kepada Sekolah Tiga Bahasa Putera Harapan (Puhua School) Purwokerto. Ia menyebut sekolah ini bukan sekadar institusi pendidikan, tapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan kebudayaan.

“Saya sangat mengapresiasi Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan ini, sebab selain menjadi miniatur Indonesia, sekolah ini juga membangun kebudayaan dengan sangat baik. Dimana bahasa merupakan salah satu jembatan kebudayaan, ekonomi bahkan politik. Apa yang dibangun Puhua School ini, sejalan dengan pembangunan karakter yang tengah dilakukan pemerintah,” ucapnya, usai meresmikan Gedung Pusat Bahasa Mandarin di Puhua School Purwokerto, Kamis (10/4/2025).

Lebih lanjut Wamendikdasmen mengatakan, sekolah yang membangun semangat keberagaman di Indonesia memang sudah banyak, namun sekolah yang memadukan 3 bahasa sekaligus, masih minim. Dan Puhua School Purwokerto hadir dengan pembelajaran bahasa yang lengkap, mulai dari Bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin.

“Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini bergeser ke Asia Timur, dan salah satu kiblatnya adalah China. Sehingga dengan banyaknya anak-anak kita yang menguasai Bahasa Mandarin sejak dini, maka nantinya kaan menjadi jembatan bagi bangsa ini, sebab China merupakan salah satu mitra strategis Indonesia,” ungkapnya.

Caption Foto : Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Dr. Fajar Riza Ul Haq M.A mencoba alat musik Mandarin. (Foto ; Hermiana).

 

Belajar Alat Musik Mandarin

Kedatangan Dr. Fajar Riza disambut hangat oleh jajaran pengajar, siswa, dan pihak yayasan. Penampilan barongsai membuka suasana meriah sebelum acara peresmian Gedung Bahasa Mandarin dimulai. Usai acara, Wamen berkeliling sekolah, melihat berbagai fasilitas termasuk ruang musik dan permainan tradisional Tiongkok.

Salah satu momen yang mencuri perhatian adalah saat beliau menyaksikan seorang siswa memainkan alat musik Mandarin yang mirip gitar namun hanya memiliki empat senar. Lagu Bengawan Solo mengalun merdu, membuat Wamen terpukau hingga akhir lagu. Ia pun mencoba memainkan alat musik tersebut dan berkomentar, “Cukup sulit memainkannya, karena berbeda dengan gitar.”

Sementara itu, Ketua Yayasan Putera Harapan, Yudi Sutanto PhD dalam sambutannya memaparkan tentang Puhua School Purwokerto, dimana pengajar Mandarin ada 22 guru lokal dengan 7 native, sedangkan total guru dan karyawan terdiri dari 76 persen muslim dan sisanya berasal dari Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu.

“Kami juga di gedung baru ini, akan membangun 6 tempat ibadah sesuai agama yang dianut siswa dan guru serta staf tujuannya untuk mereka beribadah. Indonesia Mini adalah sebutan yang menjadi ciri khas sekolah kami Pak Wamen. Dan alumni sekolah kami yang melanjutkan kuliah ke Tiongkok dengan beasiswa sebanyak 87 persen berbekal kemahiran bahasa mandarin atau dari 62 siswa yang memilih sekolah ke luar negeri, 54 siswa memilih ke Tiongkok dengan percaya diri. Harapan kami mereka kembali ke Indonesia dan membangun negeri tercinta setelah menuntut ilmu hingga ke negeri China,” tuturnya.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.