Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Bawaslu Jateng Petakan 26 Indikator Potensi TPS Rawan

METROJATENG.COM WONOGIRI – Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Wonogiri, Slamet Mugiyono, S.E., M.E.Sy menjelaskan, Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah telah memetakan potensi Tempat Pemungutan Suara (TPS) rawan pada Pemilihan 2024.

 

‘’Pemetaan dilakukan guna mengantisipasi gangguan/hambatan di TPS pada hari pemungutan suara,’’ jelas Mugi, sapaan Slamet Mugiyonono,  Anggota Bawaslu Divivisi  Pencegahan, Partisipasi Masyarakat & Humas, Kamis (21/11)

 

Meneruskan informasi dari Bawaslu Jawa Tengah,  lanjutnya, hasil dari pemetaan tersebut, dari total 56.812 TPS di Jawa Tengah, terdapat 6 indikator TPS rawan yang paling banyak terjadi, 14 indikator yang banyak terjadi, dan 5 indikator yang tidak banyak terjadi namun tetap perlu diantisipasi.

 

Pemetaan kerawanan tersebut dilakukan terhadap 8 variabel dan 25 indikator, diambil dari 8.563 kelurahan/desa di 35 Kabupaten/Kota yang melaporkan kerawanan TPS di wilayahnya. Pengambilan data TPS rawan dilakukan selama 6 hari pada 10 s.d 15 November 2024 sebagai tindak lanjut dari SE 112 Tahun 2024 Tentang Identifikasi Potensi TPS Rawan pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2024.

 

Variabel dan logistik potensi TPS rawan adalah sebagai berikut. Pertama, TPS yang terdapat pemilih disabilitas yang terdaftar di DPT, TPS yang terdapat pemilih DPT yang sudah Tidak Memenuhi Syarat (Meninggal Dunia, Alih Status menjadi TNI/Polri), TPS yang terdapat Pemilih Pindahan (DPTb), TPS yang terdapat Penyelenggara Pemilihan yang merupakan pemilih di luar domisili TPS tempatnya bertugas, TPS yang terdapat potensi pemilih Memenuhi Syarat namun tidak terdaftar di DPT (Potensi Pemilih Tambahan), TPS yang terdapat kendala jaringan internet di lokasi TPS.

 

Kedua, TPS yang memiliki riwayat kekurangan atau kelebihan dan bahkan tidak tersedia logistik pemungutan dan penghitungan suara pada saat pemilu, TPS yang didirikan di wilayah rawan bencana (contoh: banjir, tanah longsor, gempa, dll, TPS yang terdapat kendala aliran listrik di lokasi TPS, TPS dekat lembaga pendidikan yang siswanya berpotensi memiliki hak pilih, TPS yang berada di dekat rumah pasangan calon dan/atau posko tim kampanye pasangan calon, TPS yang memiliki riwayat logistik pemungutan dan penghitungan suara mengalami kerusakan di TPS pada saat pemilu, TPS di dekat wilayah kerja (pertambangan, pabrik), TPS sulit dijangkau (geografis dan cuaca), TPS yang memiliki riwayat terjadi Page | 2 kekerasan di TPS, TPS yang terdapat riwayat Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan/atau Penghitungan Surat Suara Ulang (PSSU), TPS yang terdapat riwayat praktik pemberian uang atau materi lainnya yang tidak sesuai ketentuan pada masa kampanye di sekitar lokasi TPS, TPS di Lokasi Khusus, TPS yang memiliki riwayat keterlambatan pendistribusian logistik pemungutan dan penghitungan suara di TPS (maksimal H-1) pada saat pemilu 2024, TPS yang memiliki riwayat terjadi intimidasi kepada penyelenggara pemilihan.

 

Ketiga, TPS yang terdapat ASN, TNI/Polri, dan/atau Perangkat Desa yang melakukan tindakan/kegiatan yang diduga menguntungkan atau merugikan pasangan calon, TPS yang didirikan di wilayah rawan konflik, TPS yang terdapat Petugas KPPS berkampanye untuk pasangan calon, TPS yang terdapat riwayat praktik menghina/menghasut diantara pemilih terkait isu agama, suku, ras, dan golongan di sekitar lokasi TPS, TPS yang memiliki riwayat mendapat penolakan penyelenggaraan pemungutan suara.

 

Hasilnya ada enam indikator potensi TPS Rawan Yang Paling Banyak Terjadi. Diantaranya, 19.503 TPS yang terdapat Pemilih Pindahan (DPTb);  Ada  19.048 TPS yang terdapat pemilih disabilitas yang terdaftar di DPT; Juga 18.208 TPS yang terdapat pemilih DPT yang sudah Tidak Memenuhi Syarat (Meninggal Dunia, Alih Status menjadi TNI/Polri); Ada  9.006 TPS yang terdapat Penyelenggara Pemilihan yang merupakan pemilih di luar domisili TPS tempatnya bertugas;  Tercatat ada  2.043 TPS yang terdapat potensi pemilih Memenuhi Syarat namun tidak terdaftar di DPT (Potensi Pemilih Tambahan); dan  terakhir ada  1.549 TPS yang terdapat kendala jaringan internet di lokasi TPS.

 

Selain itu ada 14  Indikator potensi TPS Rawan Yang Banyak Terjadi 1) 803 TPS yang memiliki riwayat kekurangan atau kelebihan dan bahkan tidak tersedia logistik pemungutan dan penghitungan suara pada saat pemilu; 2) 597 TPS yang didirikan di wilayah rawan bencana (contoh: banjir, tanah longsor, gempa, dll); 3) 457 TPS yang terdapat kendala aliran listrik di lokasi TPS; Page | 3 4) 402 TPS dekat lembaga pendidikan yang siswanya berpotensi memiliki hak pilih; 5) 340 TPS yang berada di dekat rumah pasangan calon dan/atau posko tim kampanye pasangan calon; 6) 218 TPS yang memiliki riwayat logistik pemungutan dan penghitungan suara mengalami kerusakan di TPS pada saat pemilu; 7) 164 TPS di dekat wilayah kerja (pertambangan, pabrik); 8) 157 TPS sulit dijangkau (geografis dan cuaca); 9) 154 TPS yang memiliki riwayat terjadi kekerasan di TPS; 10) 139 TPS yang terdapat riwayat Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan/atau Penghitungan Surat Suara Ulang (PSSU); 11) 122 TPS yang terdapat riwayat praktik pemberian uang atau materi lainnya yang tidak sesuai ketentuan pada masa kampanye di sekitar lokasi TPS; 12) 121 TPS yang memiliki riwayat terjadi intimidasi kepada penyelenggara pemilihan; 13) 110 TPS yang memiliki riwayat keterlambatan pendistribusian logistik pemungutan dan penghitungan suara di TPS (maksimal H-1) pada saat pemilu; 14) 103 TPS di Lokasi Khusus;

 

5 (Lima) Indikator Potensi TPS Rawan yang Tidak Banyak Terjadi Namun Tetap Perlu Diantisipasi 1) 94 TPS yang terdapat ASN, TNI/Polri, dan/atau Perangkat Desa yang melakukan tindakan/kegiatan yang menguntungkan atau merugikan pasangan calon; 2) 39 TPS yang didirikan di wilayah rawan konflik; 3) 18 TPS yang terdapat Petugas KPPS berkampanye untuk pasangan calon; 4) 9 TPS yang terdapat riwayat praktik menghina/menghasut diantara pemilih terkait isu agama, suku, ras, dan golongan di sekitar lokasi TPS; 5) 2 TPS yang mendapat penolakan penyelenggaraan pemungutan suara. Strategi Pencegahan dan Pengawasan Pemetaan TPS rawan ini menjadi bahan bagi Bawaslu, KPU, Pasangan Calon, pemerintah, aparat penegak hukum, pemantau Pemilihan, media dan seluruh masyarakat di seluruh tingkatan untuk memitigasi agar pemungutan suara tanpa gangguan yang menghambat Pemilihan yang demokratis.

 

Terhadap data TPS rawan di atas, Bawaslu melakukan strategi pencegahan, di antaranya: 1) Memberikan surat imbauan kepada pihak-pihak terkait, sebagai upaya pencegahan pelanggaran; 2) melakukan patroli pengawasan di wilayah TPS rawan, 3) koordinasi dan konsolidasi kepada pemangku kepentingan terkait, 4) sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat, 5) kolaborasi dengan pemantau Pemilu Pemilihan, pegiat kepemiluan, organisasi masyarakat dan pengawas partisipatif, dan 6) menyediakan posko pengaduan masyarakat di setiap level yang dapat diakses masyarakat, baik secara offline maupun online.

 

Comments are closed.