Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Subsidi Tepat, Jatah BBM Bisa Ditambah, Asa Nelayan Tingkatkan Kesejahteraan  

Komitmen Pertamina Salurkan BBM Nelayan Tepat Sasaran dan Tepat Jumlah Melalui SPBUN

 

METROJATENG.COM, – PEKALONGAN – Ba’ashor (34) warga Krapyak Lor, Pekalongan tampak tersenyum bahagia, karena solar  yang dibutuhkan untuk melaut sudah bisa dibeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) 47.511.05. Ini artinya esok  ia sudah bisa melaut untuk mencari ikan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pria dua anak ini mengaku hari ini Jumat (20/10/23), tidak melaut. selain hari jumat sudah menjadi kebiasaa  nelayan libur, juga karena BBM untuk berlayar masih kurang, sehingga ia harus mengumpulkan dulu agar kebutuhan BBM  untuk melaut sebanyak 120 liter tercukupi.

“Hari ini saya sudah mendapat BBM solar 60 liter. Jadi besok sudah bisa mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,” ungkap Ba’ashor dengan senyum bahagia penuh harap mendapatkan tangkapan lebih banyak .

Ba’ashor dengan menggunakan menggunakan kapal kecil 3 Gross Tonnage (3 GT) membutuhkan 120 liter solar, untuk melaut sehari semalam. Sementara itu ia hanya mendapat jatah 60 liter sehari, sehingga untuk bisa melaut Ba’ashor  harus mengumpulkan solar selama 2 hari, karena jatah yang didapat perhari hanya 60 liter..

“Inginnya sih jatah solar bisa ditambah agar bisa setiap hari berlayar. Namun sesuai aturan jatahnya memang 60 liter per hari. Jadi untuk bisa berlayar ya harus ngumpulin solar dulu selama 2 hari”, ungkap Ba’ashor.

Meski baru bisa berlayar 2 hari sekali ia mengaku sangat bersyukur, dan tidak mau neko-neko (macam-macam) atau memaksakan diri berlayar tiap hari. Karena untuk berlayar setiap hari ia harus membeli solar non subsidi yang harganya hampir 2 kali lipat dari solar subsidi Rp 6.800 per liter. 

“Sebagai nelayan kecil, saya tidak akan mampu membeli solar non subsidi, sehingga kehadiran SPBUN ini sangat membantu para nelayan di Pekalongan,” ungkapnya.

Untuk mendapatkan solar subsidi para nelayan ini harus mengurus surat-surat yang dibutuhkan dulu  ulai dari syahbandar hingga ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Setelah surat-surat lengkap nelayan  akan mendapatkan QR Code untuk membeli solar subsidi melalui aplikasi dan masa berlaku QR Code sebulan.

“Jadi kalau masa berlaku sudah habis, ya harus mengurus lagi. Adanya surat tersebut membeli solar subsidi kini makin mudah. Petugas SPBUN- pun hanya mau melayani pembelian solar subsidi bila nelayan sudah memiliki QR Code,” jelasnya.

QR Code -Ba’ashor menunjukan barcode kepada petugas untuk mendapatkan solar dari program Solar untuk Koperasi Nelayan (SOLUSI Nelayan). Ia harus rela bolak-balik selama dua hari untuk membeli solar mengingat jatah yang diberikan hanya 60 KL perhari, sedang solar yang dibutuhkan untuk melaut 120 KL. (tya)

 

Membeli solar sekarang juga tidak perlu antri, karena para nelayan sudah mendapat jatah sendiri. Besar kecilnya jatah solar tergantung besarnya kapal, kalau kapal besar jatah yang diberikan akan lebih besar, karena waktu berlayar cukup lama bisa satu bulan .

Sedangkan nelayan kecil berlayar hanya satu hari satu malam sejauh 10 mil dari PPNP untuk mencari udang, cumi dan ikan-ikan lainnya, tergantung musimnya. Kalau musim udang, nelayan akan membawa jaring udang, musim cumi jaring cumi yang dibawa.

“Kalau pas musim bagus bisa dapat udang dan cumi banyak dan langsung dijual ke tempat pelelangan ikan bisa bawa uang Rp 400.000 sampai Rp 1.000.000. Dipotong biaya BBM, Alhamdulilah masih dapat untung untuk hidup sehari,” jelasnya.

Hal yang sama juga dikatakan Else, yang sedang menunggu giliran pelayanan petugas SPBUN untuk membeli solar subsidi. Ia membelisolar subsidi karena  disuruh suaminya, untuk persiapan melaut. Suaminya tidak bisa membeli sendiri karena tengah memperbaiki jaring.

“Saya disuruh suami beli solar untuk berlayar besok, karena masih kurang 20 liter,” ungkapnya.

Saat petugas melayani Else datang Eko Purnomo (39) nelayan Warga Panjang Baru Pekalongan membawa empat jerigen di atas tanggul PPNP. Setelah menuruni tangga Eko pemilik kapal Anugrah Jaya menyerahkan QR Code kepada petugas SPBUN untuk membeli 60 liter solar, karena sore ini, Jumat (20/10/23) akan melaut untuk mencari ikan.

Senyum Nelayan – Eko Purnomo nampak tersenyum bahagia menunggu empat jerigennya terisi penuh untuk bekal melaut mencari ikan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya yang selalu setia menunggunya di rumah. (tya)

 

Begitu memperlihatkan  surat pembelian solar subsidi , petugas langsung melakukan scan barcode dan segera mengisi 60 liter solar ke dalam 4 jerigen yang dibawa Eko. Bersama krunya, jerigen langsung dibawa ke kapal untuk persiapan melaut

Eko yang sudah menjadi nelayan sejak lulus SD, mengaku membeli solar kini sangat mudah dengan adanya SPBUN, karena langsung dengan aplikasi. Pelayanan juga cepat asal menunjukan QR Code langsung dilayani petugas.

Ia mendapatkan subsidi solar sejak memiliki perahu sendiri 5 tahun lalu. Untuk sekali berlayar ia membutuhkan 60-65 liter solar. 

Kesejahteraan Nelayan

Sebagai nelayan kecil, ia melaut tergantung cuaca. Kalau cuacanya bagus, bersama rekannya akan berlayar seperti hari Jumat ini (29/10/23) namun jika cuaca buruk tentunya tidak akan melaut.

“Hasil tangkapan kalau cukup bagus kadang bisa dapat Rp 1.000.000 – 2.000.000. Dari hasil melaut ini dikurangi biaya BBM, masih ada penghasilan untuk kebutuhan sehari dan menabung untuk anak-anak,” tutur Eko.

Penghasilan nelayan tidak setiap hari bagus. Kalau cuaca buruk terkadang hanya membawa pulang hasil Rp 300.000 – Rp 600.000, bahkan pernah tidak mendapatkan tangkapan, karena cuaca buruk sehingga harus kembali ke pelabuhan. Hasil tangkapan ikan, udang atau cumi  oleh nelayan akan langsung dijual ke TPI.

“Nelayan kecil melaut tergantung cuaca. Karena bila ombak besar kapal bisa terbalik akibat dihantam ombak. Berbeda dengan kapal besar, tetap tenang meski ada ombak besar,” tuturnya.

Kehidupan nelayan kecil memang masih memprihatinkan, apalagi jika banyak kapal besar   sandar di pelabuhan, membuat kapal kecil sulit untuk mencari tempat sandar. Terkadang kapal besar menabrak kapal kecil yang tengah sandar, sehingga kapal kecil  rusak dan harus diperbaiki sebelum melaut. Kapal kecil juga harus  melintas di tengah-tengah kapal besar ,sehingga harus ekstra hati-hati dalam mengemudikan kapal.

“Kehadiran SPBUN ini sangat membantu khususnya nelayan kecil seperti saya. Karena dengan hasil tangkapan rata-rata Rp 600.000 dikurangi BBM Rp 400.000 masih ada sisa Rp 200.000 untuk hidup sehari-hari. Saya berharap jumlah SPBUN bisa ditambah sehingga jatah solar juga bisa ditambah,” jelas Eko yang melaut 4-5 hari saja, karena terbatasnya solar.

Guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Eko juga beternak ayam. Disaat tidak berlayar bapak dua anak ini mengurus ternak ayam, sehingga sebagian hasilnya bisa ditabung untuk biaya anak-anak sekolah .

Cek Barcode – Petugas SPBUN tengah melakukan pengecekan barcode sebelum melayani pembelian BBM nelayan. (tya)

 

Manager SPBUN  46.511.05 Jasa Mina mengatakan alokasi solar subsidi kita 200 ton per bulan. Sedangkan  jumlah kapal di sini ada 125 kapal, namun setiap bulan rata-rata 80 kapal yang dilayani, karena 125 kapal itu tidak setiap bulan mengisi BBM.

“Jadi rata-rata setiap bulan kami melayani 80 kapal sesuai dengan rekomendasi yang kami terima dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pekalongan. Jumlah solar yang kami layani sesuai dengan rekomendasi yang tertulis,” jelas Indah.

Mengenai jumlah Solar yang dibeli nelayan sangat fluktuatif, karena masing-masing kapal rekomendasinya tidak sama. Ada yang hanya dapat 30 liter , 60 liter , bahkan ada  yang sampai 20 ton per kapal per hari.

Kapal yang mendapat  20 ton itu mereka rata-rata berlayarnya hingga 120 hari . Kapal yang mendapat 20 ton ini biasanya kapal dengan bobot maksimal  30 GT. Sedangkan kapal dengan bobot diatas 30 GT, harus membeli solar non subsidi dengan harga Rp 13.700 per liter.

Pasokan solar dari Pengapon Semarang sampai saat ini berjalan lancar. SPBUN melayani kapal-kapal mulai pukul 08.00 WIB -19.00WIB. 

“Kapal-kapal ini bisa membeli dengan menggunakan jerigen, atau langsung disuplai ke kapal,” tambahnya.

Menyinggung soal penyalahgunaan BBM subsidi untuk nelayan Indah mengatakan tidak ada, karena pembelian sesuai dengan rekomendasi untuk berlayar. Jika BBM Subsidi dijual lagi oleh nelayan, tentunya nelayan tidak bisa berlayar mencari ikan, dan nelayan sendiri yang rugi.

“Surat rekomendasi juga berlaku satu bulan dan nelayan harus mengurus lagi, sehingga ada evaluasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan,” tambahnya.

SPBUN 45.511.05 Jasa Mina ini  mulai beroperasi melayani nelayan sejak  1 Juli 2004 sampai dengan sekarang. Selama hampir 13 tahun melayani tidak ada kendala.

Siap Mencari Ikan – Ba’ashor , dengan empat jerigen penuh solar, siap melaut . (Tya)

 

Komitmen Pertamina

Senior Supervisor Communication dan and Relations Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (RJBT) Marthia Mulia Asri menambahkan di Jawa Tengah saat ini ada 15 SPBUN, yang tersebar di Semarang, Kendal, Pekalongan, Tegal, Pemalang dan lainnya. Rata-rata kebutuhan BBM  untuk nelayan 216 KL per bulan.

“Penyaluran solar untuk nelayan tiap bulan berbeda beda tergantung musimnya. Bila cuaca baik seperti pada bulan Maret , penyaluran bisa mencapai 400 KL,” ungkapnya. WA DD

Pertamina dalam upaya memenuhi kebutuhan solar bagi para nelayan terus mendorong penambahan SPBUN . Sesuai dengan rencana pemerintah dalam hal ini kerjasama antara Kementerian Koperasi  dengan Pertamina hingga tahun 2025 akan ditambah 250 SPBUN melakui program Solar untuk koperasi nelayan (SOLUSI Nelayan).

Melalui Program SOLUSI Nelayan ini, diharapkan nelayan nelayan tidak perlu khawatir tidak mendapat alokasi BBM yang dibutuhkan. Karena hadirnya SPBUN di tengah-tengah nelayan menjadikan Pertamina lebih dekat dengan nelayan dan bisa mengetahui kebutuhan BBM nelayan.

Sudah menjadi komitmen Pertamina untuk menyalurkan BBM bagi nelayan dengan tepat sasaran dan tepat jumlah. Pertamina akan memastikan BBM yang disalurkan melalui SPBUN ini disalurkan secara tepat karena  pembelinya semua tercatat dalam Program Subsidi Tepat. (Tri Sutristiyaningsih) 

 

Comments are closed.