Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Tetap Jadi Primadona, Koalisi Partai Ramai-Ramai Pilih Cawapres dari NU

METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Suara warga nahdiyin masih menjadi primadona yang diperebutkan dalam pemilu. Terbukti dari dua pasangan capres-cawapres yang sudah deklarasi dan mendaftar ke KPU, semuanya menggandeng sosok yang dianggap representasi dari warga nahdiyin.

“Sampai kapanpun, suara warga nahdiyin masih tetap diperebutkan. Dalam pilpres kali ini, yang pertama deklarasi yang membawa suara NU adalah pasangan Anies-Muhaimin, dimana Muhaimin merupakan kader organik NU. Saya melihat ada kecenderungan penentuan cawapres Ganjar Pranowo juga dipilih dengan pertimbangan merupakan representasi kader NU”, kata Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Ahmad Sabiq, Kamis (19/10/2023).

Sebagaimana diketahui, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sudah lebih dulu dideklarasikan. Muhaimin yang merupakan ketua partai politik dan bagian dari NU, dianggap akan mampu menyumbang suara dari kalangan nahdiyin.

Sementara PDI Perjuangan sendiri, baru mendeklarasikan pendamping Ganjar Pranowo kemarin dan pilihan jatuh pada sosok Mahfud MD. Menurut Sabiq, selain berpengalaman di pemerintahan, Mahfud MD pernah menjadi bagian dari PKB, dengan menjadi anggota DPR RI dari partai tersebut.

“Tentu keduanya memiliki kekuatan yang berbeda di mata warga nahdiyin. Cak Imin yang memiliki mesin partai dan ia juga sebagai kader organik nahdiyin, tentu memiliki keunggulan tersendiri. Sedangkan Mahfud MD lebih kultural, beliau tidak masuk dalam struktural”, terangnya.

Tebatas

Setelah dua pasangan capres menggandeng sosok yang dekat dengan NU, maka pilihan bagi Prabowo semakin sempit. Ahmad Sabiq menyebut, sosok yang merepresentasikan NU bisa dibilang terbatas dan diantaranya sudah digandeng oleh dua capres.

“Sebelumnya sempat ramai wacana Prabowo menggandeng Khofifah untuk mendongkrak suara di Jawa Timur, salah satu propinsi dengan polulasi yang padat, Namun, belakangan nama Khofifah meredup”, kata Sabiq.

Opsi lain bagi Prawobo, jika tidak bisa lagi merangkul suara NU, adalah dengan merangkul para pendukung Jokowi yang sangat militan. Jika Prabowo menggandeng Gibran, lanjut Sabiq, maka kans Prabowo untuk mendapatkan dukungan dari relawan Jokowi sangat besar.

Sedangkan untuk opsi lainnya yang juga santer disebut akhir-akhir ini, yaitu Erick Thohir, menurut Sabiq, belum mampu mendongkrak elektabilitas secara signifikan. Meskipun dari sisi finansial sangat mendukung.

“Erick Thohir dalam beberapa moment sudah mencoba melebur dengan NU, dengan menjadi ketua panitia 1 abad NU, kemudian masuk menjadi anggota banser, namun hal tersebut belum mampu membangun image bahwa ia merupakan bagian dari NU. Dan tidak bisa dipungkiri, sekalipun NU tidak pernah memberikan intruksi dukungan kepada siapapun, namun suara warga NU tetap menjadi primadona yang diperebutkan”, pungkasnya.

Comments are closed.