Tim PKM Faperta Unsoed Gelar Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme
*di PKK Kedungwringin Patikraja Banyumas
METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Berbagi pengetahuan, ilmu dan teknologi dilakukan oleh tim pengabdian kepada masyarakat (PKM) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang diinisiasi oleh Wahyu Adhi Saputro selaku ketua tim.
Kegiatan ini didukung oleh hibah program pemberdayaan kemitraan masyarakat yang diberikan oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud. Pelatihan yang dilakukan terkait dengan pembuatan eco-enzyme.
Gerakan ini dilakukan bersamaan dengan fenomena masalah sampah yang belum kunjung teratasi dengan optimal. Eco-enzyme dilakukan sebagai salah satu bentuk manajemen pengelolaan sampah yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga.
Sasaran kelompok mitra pengabdian adalah ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. Pemilihan mitra ini juga dilakukan sebagai upaya pemberdayaan kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang berdampak bagi lingkungan. Aspek lingkungan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Pelatihan eco-enzyme dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2023 juga menghadirkan narasumber yang berasal dari komunitas dan relawan Eco-enzyme Nusantara Banyumas yaitu M. Edy Wibowo.
“Eco-enzyme memiliki banyak kegunaan seperti untuk disinfectan, pupuk tanaman organik, membersihkan saluran closet dan masih banyak lainnya. Pembuata eco-enzyme juga tidak membutuhkan bahan yang sulit dicari bahkan bisa menggunakan sisa bahan dapur untuk menjadi produk yang bermanfaat”, kata Edy.
Edy menambahkan, komposisi dalam membuat eco-enzyme dengan perbandingan 1:3:10 berasal dari gula, buah afkir maupun kulit buah dan sayuran, serta air. Beberapa buah yang dianjurkan seperti jeruk, mangga serta kulit nanas namun juga bisa berasal dari buah maupun sayuran lainnya. Gula dan komponen buah maupun sayuran dicacah agar lebih mudah terurai nantinya. Air yang digunakan juga akan lebih baik jika menggunakan air sumur. Komposisi bahan tersebut kemudian dicampur dalam satu wadah kemudian ditutup rapat. Pemanen baru bisa dilakukan setelah tiga bulan berjalan.
“Saat ini pengelolaan dan manajemen sampah ditingkat rumah tangga perlu dilakukan. Sampah rumah tangga harus bisa ditangani dimulai dari masing-masing keluarga”, kata Wahyu Adhi Saputro, ketua Tim PKM.
Banyak langkah yang bisa dilakukan dalam pengelolaan sampah. Ucapan terimakasih dihaturkan kepada Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud yang telah memberikan pendanaan kegiatan pengabdian berbasis pemberdayaan kemitraan masyarakat.
“Tentunya kegiatan ini tidak berhenti sampai disini saja. Masih ada program selanjutnya yang akan dilakukan. Adanya pelatihan ini dapat harus ditindaklanjuti dengan membuat tim khusus yang nantinya akan melakukan transfer ilmu pengetahuan pada kelompok lainnya sehingga pengetahuan ini bisa berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas” tutup wahyu.(nda)
Comments are closed.