Dukung Pariwisata Lokal, BCA Optimis Gunungkidul The Next Bali
Ajak Investor Tanamkan Investasi Bangun Destinasi Wisata Lokal
METROJATENG.COM, YOGJAKARTA – Kolaborasi lintas pemangku kepentingannya menjadi salah satu kunci dalam melakukan transformasi sehingga potensi pariwisata lokal yang tertidur tersebut menjadi destinasi wisata kelas dunia. Komitmen ini ditunjukan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), dengan meluncurkan buku “Gunung Kidul,The Next Bali.Jumat (19/8) di Pendopo Taman Budaya , Wonosari, GunungKidul.
Kontribusi nyata kebangkitan pariwisata lokal tersebut diperlihatkan BCA di kawasan Gunungkidul yaitu Gua Pindul. Desa wisata tersebut akhirnya menjadi desa wisata pertama yang dikembangkan BCA dan menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia sebagai dari program CSR.
“Dari satu desa wisata di Gua Pindul di Gunungkidul, kini terus bermunculan destinasi wisata lainnya. Kami optimis 4 tahun ke depan, Gunung Kidul akan menjadi Balinya Yogjakarta,” jelas Komisaris Independen BCA sekaligus penulis buku GunungKidul, The next Bali, Cyrillus Harinowo
Gunung Kidul diuntungkan dengan kombinasi kontur alam yang indah, baik pantai, pegunungan, perbukitan, maupun tradisi dan budaya masyarakat. BCA menjadi salah satu institusi yang berperan besar dalam kebangkitan pariwisata di Gunungkidul tersebut.
Cyrillus mengatakan, potensi pariwisata di Indonesia yang beragam membutuhkan sentuhan perhatian dan kepedulian banyak pihak untuk dapat bangkit sebagai destinasi populer. Berkaca pada kebangkitan Gunungkidul sebagai destinasi baru, pihak swasta dan pemerintah, baik lokal maupun pusat, memiliki andil yang siginifikan pada tahap pengembangan destinasi tersebut. Kontribusi pemerintah terutama terlihat dari dukungan infrastruktur, dari permasalahan transportasi darat, laut, maupun udara, akses terhadap air bersih, listrik, hingga perizinan-perizinan.
Sementara itu, pihak swasta terlibat dalam keseluruhan proses, mulai dari transformasi mindset masyarakat lokal, persiapan dan penataan lokasi, pengembangan sumber daya manusia, pembangunan spot destinasi, hingga operasional dan promosi.
“Gunungkidul adalah masterplan yang hidup, yaitu tempat pembelajaran yang komprehensif bagi siapa saja yang ingin mengembangkan destinasi pariwisata lokal, mulai dari nol hingga dikenal luas oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Warisan itu ada dalam buku ini, dan saya sangat berbangga karena BCA menjadi salah satu pelaku sejarah yang dominan di balik pariwisata Gunungkidul ini,” ujar dia.
Seperti yang diungkapkan dalam buku tersebut, Gunungkidul memiliki ragam kekayaan pariwisata yang unik. Gunungkidul memiliki 50 pantai yang setiap pantainya memiliki keunikan masing-masing, baik dari sisi kontur perbukitan, lapisan karang, hingga hamparan pasir. 50 pantai tersebut layak untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata umum, resot, pantai pribadi. Selain itu, Gunungkidul dikenal juga dengan destinasi gua-gua yang indah, termasuk 13 Taman Bumi (geopark) yang menjadi bagian dari 165 UNESCO Geopark Network.
Gua Pindul merupakan destinasi wisata pertama yang dikembangkan, menyusul destinasi-destinasi lain seperti Pantai Kesirat, Pantai Sundak, Air Terjun Sri Gethuk, Goa Jomblang, Puncak Segoro, South Shore Beach Club, HeHa Sky View, HeHa Ocean View, Obelix Hills, Drini Hills Diamond Villa, dan Hotel Radika Paradise.
“Gunungkidul sangat mungkin akan terus berkembang pesat mengingat masih banyak destinasi pariwisata yang bisa dikembangkan. Perlu pendekatan yang lebih strategis untuk menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pengembangan pariwisata tersebut, misalnya melalui penetapan Gunungkidul sebagai The Next Bali,” tambah Harinowo.
Sementara itu Inge Setiawati selaku EVP CSR BCA mengatakan, kebangkitan pariwisata di Gunungkidul dimulai dari destinasi wisata Gua Pindul. Tempat tersebut sekaligus juga menjadi desa wisata pertama yang dikembangkan BCA dan menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia.
Desa-desa wisata sebagai desa binaan BCA merupakan implementasi dari komitmen BCA dalam mengembangkan bisnis di lingkungan komunitas, desa, maupun daerah. Hal ini dilakukan demi mendorong terciptanya pusat ekonomi baru, meningkatkan pendapatan daerah, memperluas lapangan pekerjaan, dan memberikan nilai tambah untuk ekonomi masyarakat lokal.
” Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dan strategis dalam peningkatan devisa negara. BCA terus mendukung pengembangan pariwisata lokal menjadi destinasi kelas dunia,” ungkapnya.
Menurut Inge, desa dengan berbagai kekayaan alam, kearifan lokal, dan keragaman budayanya diyakini mampu berperan sentral dalam rangka memperkuat jati diri bangsa, membangun ketahanan pangan, konservasi lingkungan, sekaligus menancapkan fondasi kesejahtaraan dan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan.
“BCA komit untuk terus mengembangkan pariwisata lokal, menjelajahi desa-desa dengan ragam potensinya untuk menjadi destinasi kelas dunia. Kami ingin terus menemukan dan mengembangkan the next Bali, demi kedaulatan Indonesia di usianya yang ke-77 tahun ini,” kata dia.
Pada Kesempatan ini BCA juga memberikan donasi sumur bor untuk PDAM. Sumur Bor ini akan menjadi penyuplai air bersih selama 24 jam bagi warga di Desa Logandeng.
Menurut Harinowo, sebelumnya, aliran air di desa ini terbilang memprihatinkan karena air hanya mengalir pada malam hari dan debit air kecil. BCA berharap melalui penambahan sumur bor diharapkan dapat meringankan kebutuhan warga akan air bersih.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan berterima kasih kepada BCA yng telah membantu mengembangkan destinasi wisata Gua Pindul dan destinasi wisata lainnya di Gunungkidul. Gunungkudul memiliki potensi peluang wisata yang besar, sehingga Gunungkidul membuka investasi untuk pengembangan pariwisata di daerah Gunungkidul.
“Kami siap menerima investor untuk menanamkan investasinya di Gunungkidul .Sumber Daya Manusia (SDM) lkami sudah sudah siap ,untuk bersama membangkitkan potensi yang ada dalam peningkatan perekonomian masyarakat,” jelasnya. (tya)