Hadapi Pandemi UMKM Harus Berani Lakukan Inovasi dan Kolaborasi
METROJATENG.COM, SEMARANG – Pandemi COVID-19 berdampak besar pada semua sektor, tak terkecuali Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menghadapi pandemi ini, UMKM harus terus melakukan inovasi untuk bertahan dan naik kelas.
Penggerak Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul, Sugeng Handoko, mengatakan, pandemi membuat kondisi ekonomi terpuruk. Untuk inovasi dan kolaborasi sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan daya saing UMKM. Dijelaskan tantangan terbesar masa pandemi , produk UMKM tidak laku. “Bagaimana tidak, keran wisata ke Desa Wisata Nglanggeran tutup. Akhirnya tidak ada produk UMKM yang bisa dijual,” jelas Sugeng pada Webinar yang digelar JNE bersama UMKM, belum lama ini.
Berkat inovasi dan kolaborasi yang dilakukan UMKM, desa wisata terbaik di dunia ini bisa bangkit kembali. Menurut Sugeng, inovasi diperlukan untuk tetap bertahan, salah satunya dengan virtual tour. Uniknya peserta virtual tour tetap mendapat produk UMKM dari Desa Wisata Nglanggeran.
“Peserta yang berminat kami kirimi coklat. Sehingga meskipun tournya virtual, tetapi tetap bisa merasakan coklat dari Nglanggeran. Karena coklat ini menjadi salah satu produk unggulan di Nglanggeran,”katanya.
Kolaborasi ini tidak hanya dilakukan dengan masyarakat dan UMKM, tetapi juga dengan stakeholder yang lain juga diperlukan. Salah satunya dengan jasa pengiriman. Sebab produk UMKM tidak bisa sampai ke tangan konsumen tanpa jasa pengiriman yang tepat.
“Justru JNE yang datang kepada kami. Sehingga pelaku UMKM yang mayoritas ibu-ibu tidak perlu repot untuk mengirimkan produknya. Ini menjadi kemudahan bagi kami,”terangnya.
Tidak hanya Desa Wisata Nglanggeran, pukulan pandemi COVID-19 juga dialami oleh Andy, pemilik Kenandy Journal Leather. Awal pandemi, ia harus menyerah dan tidak berproduksi selama tiga bulan.
Namun ia dan istrinya melakukan inovasi dengan kegiatan terapi jurnal bersama Kenandy. Masyarakat diajak mencurahkan perasaannya melalui tulisan.
Selama ini jurnal karya Kenandy terbuat dari kulit sapi. Ke depan, Kenandy akan memanfaatkan tenun dan bahan lainnya untuk membuat jurnal. Tidak hanya di Indonesia, produk Kenandy Journal Leather juga digemari oleh mancanegara.
“Kami memiliki agen market di Singapura, dan akan dipasarkan ke Eropa dan Amerika,”ujarnya.
Jasa pengiriman menjadi salah satu ujung tombak keberhasilan UMKM. DIbutuhkan jasa pengiriman yang baik, agar produk UMKM dapat sampai ke tangan konsumen tepat waktu dan dalam kondisi baik.
Head of Regional Jateng-DIY JNE, Marsudi mengungkapkan bisnis berubah sejak pandemi COVID-19, khususnya penjualan daring. Pembeli tidak mengenal waktu, untuk itu diperlukan jasa pengiriman yang dapat mengimbangi tingginya minta beli masyarakat.
“Kami bisa back up 24 jam, trennya saat ini pengiriman tidak kenal waktu. Ada yang jam 02.00 juga masih melakukan pengiriman. Beda dengan yang dulu. Saat ini customer care kami juga 24 jam. Kami memberikan kemudahan yang harapannya bisa dimanfaatkan oleh UMKM,”ungkapnya.
Tidak hanya berperan dalam pengiriman saja, pihaknya siap membantu UMKM yang belum melek teknologi. Pihaknya akan memberikan pelatihan secara gratis, sehingga pelaku UMKM dapat mengembangkan bisnisnya.
“Bagi masyarakat yang bingung bagaimana cara mengirim, lalu mau melacak pengiriman, bisa mengunduh My JNE. Di tengah pandemi, kami tetap hadir menyampaikan amanah,” jelas Marsudi.(tya)