Dari Luka di Dunia Pendidikan, Fadli Kini Cetak Ribuan Talenta IT Lewat Sekolah Gratis di Lereng Gunung Slamet
METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Udara dingin dan kabut tipis yang menyelimuti kawasan wisata Baturraden tak menyurutkan semangat puluhan anak muda menapaki tangga mimpi mereka. Setiap pagi, mereka menempuh perjalanan puluhan kilometer menuju Gedung Indraprana, tempat di mana harapan tentang masa depan di dunia IT mulai mereka bangun. Mereka adalah siswa Lintang Akademi, sekolah IT gratis yang kini menjadi cahaya bagi generasi muda Banyumas.
Lintang Akademi berdiri atas mimpi besar seorang pemuda bernama Selastio Fadli. Lahir dari luka lama yang mendalam terhadap sistem pendidikan yang tidak berpihak pada mereka yang tak mampu, Fadli menjadikan sakit hatinya sebagai bahan bakar untuk perubahan. Kini, berkat tekad dan kerja kerasnya, ribuan anak telah merasakan manfaat pendidikan IT tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Masa sekolah Fadli jauh dari kata indah. Dibesarkan di Jakarta, Fadli memilih bersekolah di SMK swasta demi mengejar minatnya pada desain grafis dan fotografi. Namun, badai datang saat usaha sang ayah runtuh. Fadli tak mampu lagi membayar SPP. Ia harus menanggung malu berkali-kali dipanggil dengan pengeras suara, bahkan sempat dilarang hadir di sekolah.
Fadli mengaku tidak menyimpan sakit hati kepada para guru, namun ia menyimpan dendam kepada sistem pendidikan yang mahal. Sehingga siswa yang seharusnya hanya berkewajiban belajar, harus turut memikirkan dan terbebani dengan biaya sekolah yang mahal.
“Karena saya sangat frontal melawan ketidakadilan tersebut, pada akhirnya saya bisa mengikuti Ujian Nasional (UN), namun setelah lulus, ijazah saya ditahan. Berbagai prestasi yang sudah saya sumbangkan untuk mengharumkan nama sekolah, sama sekali tidak masuk pertimbangan, semua kalah dengan uang SPP,” kenangnya pilu.
Peristiwa tersebut sangat membekas di hati Fadli dan ia bertekad untuk mendirikan sekolah gratis, yang bisa diikuti semua kalangan.
Fadli mengawali karir dengan bekerja di sebuah perusahaan kosmetik. Ia sering membuat event-event di mall, hingga akhirnya mendirikan perusahaan sendiri. Tahun 2017, ia mulai berusaha mewujudkan mimpinya dengan mengumpulkan anak-anak komunitas melalui media sosial. Mereka yang biasa menjadi hacker dikumpulkan dan diundang ke Jakarta untuk belajar IT.
Anak-anak muda dari berbagai daerah di Pulau Jawa hingga Kalimantan berdatangan ke Jakarta. Karena belum menguasai betul tentang IT, Fadli bahkan rela membayar seorang guru untuk mengajari anak-anak tersebut. Tak hanya itu, biaya kos dan makan juga disuport oleh Fadli. Sementara Fadli tetap menjalani rutinitas kerjanya dan pada malam hari, anak-anak asuhnya tersebut diminta untuk mengajarkan materi yang diperolehnya dari guru yang dibayarnya.
“Belajar dari mereka, saya mulai tertarik dengan IT. Ini merupakan peluang kerja yang sangat menjanjikan, karena saat ini membuat aplikasi masih mahal,” tuturnya.

Antarkan Sampai Dunia Kerja
Tak berhenti hanya memberikan pengetahuan IT gratis, Fadli juga berjuang untuk menempatkan anak-anak asuhnya sampai ke dunia kerja. Ia mendatangi berbagai perusahaan hingga BUMN, untuk menawarkan jasa anak didiknya.
“Kalau saya meminta mereka untuk menerima bekerja anak-anak asuh saya, pasti banyak yang tidak mau. Sehingga saya sampaikan kalau mereka akan magang dan silahkan dilihat kemampuan anak-anak tersebut, jika cocok bisa direkrut menjadi karyawan. Alhamdulilla semua berjalan lancar, salah satu bank pemerintah bahkan ada yang merekrut mereka menjadi karyawan,” kenang Fadli sambil menyunggingkan senyum.
Selanjutnya kelas IT gratis ini diberi nama Jvlley Bootcamp. Kelas berlanjut sampai angkatan ke-16 dan ada ribuan siswa yang menikmati pendidikan gratis tersebut. Sukses di kota besar, Fadli kemudian beralih ke Kabupaten Banyumas dan kawasan dingin Baturraden menjadi pilihannya untuk mengawali pendidikan gratis di sini.
Mengusung nama Lintang Akademi, untuk angkatan pertama ini ada 80 siswa yang mengikuti pendidikan gratis selama 8 bulan ke depan. Fadli tidak membatasi siswanya harus dari kalangan orang tidak mampu, ataupun membatasi usia. Ia lebih mengedepankan minat dan niat para siswa untuk belajar IT.
“Banyumas ini luar biasa, anak-anaknya punya minat yang besar untuk belajar IT. Saya selalu tekankan kepada para pengajar agar tidak sekedar menyampaikan materi saja, tetapi juga harus memastikan mereka paham dan mengerti, serta jelas arahnya, sehingga mereka akan mendapatkan peluang kerja sesuai dengan kemampuan,” katanya.
Pembentukan karakter juga menjadi salah satu yang sangat ditekankan, terutama untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan saling menolong. Hal ini sudah dibuktikan, dimana para alumni siswanya akan membantu adik-adiknya membukakan peluang kerja.

Internet: Nafas Dunia Digital
Untuk menopang semua kegiatan belajar IT ini, koneksi internet jadi syarat mutlak. Fadli mempercayakan kebutuhan ini pada IM3, terutama sejak hadirnya IM3 Platinum dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Dengan teknologi AI yang menyesuaikan kebutuhan pengguna dan layanan pelanggan yang responsif, IM3 menjadi tulang punggung konektivitas Lintang Akademi.
Menurut EVP Head of Circle Java IOH, Fahd Yudhanegoro, IM3 Platinum menawarkan kuota besar, akses jaringan prioritas, dan fleksibilitas pembayaran. Solusi pascabayar ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pengguna aktif dan dinamis seperti Fadli dan Lintang Akademi.
Menutup pebicangan, Fadli mengatakan bahwa banyak anak-anak negeri ini yang sebenarnya punya potensi luar biasa, tapi mereka tak punya akses. Dan Lintang Akademi hadir sebagai jembatan, agar tak ada lagi yang kehilangan mimpi hanya karena tak mampu membayar uang sekolah. Dari luka masa lalu, Fadli membangun masa depan. Tak hanya untuk dirinya, tapi untuk ribuan anak muda Indonesia.
“Saya dibully oleh sistem pendidikan di negeri ini, dan saya tidak ingin ada anak-anak bangsa yang mengalami tekanan mental seperti saya,” ucapnya lirih.
Comments are closed.