Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Nawal Ajak Sekolah Stop Kultur Hukuman: ‘Anak Bukan untuk Diadili’

METROJATENG.COM, SEMARANG – Pendidikan bukan ruang sidang! Pesan tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, dalam Konsolidasi Daerah Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Kamis (8/5/2025). Ia menekankan, dunia pendidikan harus bebas dari perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi—bukan justru menormalisasi hukuman sebagai solusi.

“Kalau hanya fokus pada sanksi, itu bukan mendidik. Sekolah bukan pengadilan. Kita harus lebih banyak mendengar suara anak. Apa yang mereka butuhkan? Kalau mereka merasa dihargai, insyaallah mereka akan patuh, bukan karena takut, tapi karena sadar,” ujar Nawal.

Dalam forum yang dihadiri kepala dinas pendidikan se-Jawa Tengah dan berbagai lembaga pendidikan itu, Nawal menyampaikan pentingnya pendekatan yang empatik dan humanis dalam pendidikan, melalui disiplin positif, komunikasi efektif, dan pembelajaran reflektif. Pendekatan ini, kata Nawal, bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan penuh kesadaran.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti pentingnya partisipasi anak dalam proses pendidikan. Menurutnya, pendidikan yang sehat adalah yang menjunjung nilai anti-kekerasan, non-diskriminatif, dan memperhatikan tumbuh kembang anak.

“Kalau anak merasa aman dan dihargai, mereka akan belajar dengan hati, bukan karena tekanan,” jelas istri Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen.

Nawal juga menekankan perlunya penguatan SOP (standard operating procedure) di sekolah, terutama dalam hal pelaporan kasus. Akses pelaporan harus mudah, nyaman, dan menjaga kerahasiaan anak. Ia bahkan mencontohkan pentingnya kerja sama dengan lembaga seperti LBH, universitas yang memiliki psikiater, hingga puskesmas, agar anak-anak yang menjadi korban mendapat rehabilitasi menyeluruh, baik fisik maupun mental.

Tak kalah penting, lanjut Nawal, sekolah juga harus memiliki sistem yang jelas untuk menangani aduan dari orang tua dan potensi miskomunikasi. Komunikasi dua arah dan kesepakatan tertulis antara sekolah dan orang tua bisa menjadi solusi mencegah konflik.

“Anak-anak kita bukan hanya butuh pelajaran, tapi juga cinta, penghargaan, dan pembinaan karakter. Mari ubah paradigma: mendidik bukan dengan ancaman, tapi dengan kasih dan keteladanan,” pungkasnya.

Comments are closed.