Usai Munas, Partai Golkar Kembali Gelar Pendidikan Politik
METROJATENG.COM, JAKARTA – Meskipun Partai Golkar baru saja menyelesaikan Musyawarah Nasional (Munas XI), pendidikan politik tetap menjadi prioritas. Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, yang juga Ketua Dewan Pengurus Golkar Institute, Ace Hasan Syadzily, menegaskan hal ini saat membuka *Executive Education Program for Young Political Leaders* (YPL) ke-16 di Kantor DPP Partai Golkar.
Menurut Ace, program pendidikan YPL akan berlangsung selama satu pekan, dengan materi yang fokus pada ekonomi, politik dan kepemimpinan.
“Meskipun kita baru saja melalui dinamika Munas, pendidikan politik tetap berjalan seperti biasa”, tuturnya.
Ace menegaskan, pendidikan politik sangat penting untuk membangun generasi pemimpin yang siap menghadapi tantangan masa depan, serta memastikan pengambilan kebijakan yang tepat dan berbasis data yang kuat.
Golkar Institute, lanjutnya, secara rutin menyelenggarakan berbagai program pendidikan politik untuk memperkuat kultur akademik partai.
Perluas Jangkauan
Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, dalam pidato penutupan Munas XI mengamanatkan, agar Golkar Institute memperluas jangkauan pendidikan politik hingga ke daerah-daerah. “Pengambilan kebijakan harus didasarkan pada data yang kuat”, jelasnya.
Menurutnya, pendidikan politik adalah pondasi penting untuk menciptakan pemimpin yang mampu membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Sebagai bagian dari pembukaan YPL ke-16, Golkar Institute juga menggelar Dialog Publik bertema *Pembangunan Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Emas 2045*. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, yang menjadi pembicara, menekankan pentingnya memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia tidak terjebak dalam status negara berpendapatan menengah.
“Kalau mau maju, kita harus sehat”, ungkapnya.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, turut berbicara mengenai empat faktor yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, yakni penyakit menular, kebiasaan makan, aktivitas intelektual, dan genetika. Ia menekankan peran negara dalam menangani faktor utama seperti pencegahan penyakit menular dan perbaikan pola makan.
Wakil Ketua Komisi Pendidikan DPR RI, Hetifah Sjaifudian, juga menyoroti adanya kesenjangan dalam fasilitas pendidikan dan kesehatan, terutama di daerah.
“Di dapil saya, perbedaan fasilitas antara Balikpapan dan Mahakam Ulu masih sangat mencolok”, ujar Hetifah.
Melalui rangkaian program pendidikan politik ini, Golkar berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan global di masa depan. “Pendidikan politik bukan hanya tentang membangun pemimpin hari ini, tapi juga mempersiapkan mereka di masa depan untuk menjadi pemimpin yang memiliki wawasan global, agar mampu menghadapi tantangan internasional ataupun nasional dan dapat menggapai Indonesia Emas 2045”, tutup Ace.
Acara ini menjadi bukti bahwa meskipun Partai Golkar baru saja mengalami dinamika Munas, komitmen untuk terus menjalankan pendidikan politik tetap menjadi prioritas, demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.