Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Kisah Siti Hajar Sebagai Terapi Bagi Ibu Pengidap Baby Blues

 

IBU, nama tersebut sangat tidak asing bagi kita, sosok yang telah mengandung dan melahirkan kita yang biasa kita panggil “ibu”. Ketika kita mendengar nama “ibu” disebut, bayangan kita pasti adalah seorang yang penyanyang, pengasih, dan sosok yang rela berkorban demi anak nya. Karena memang sifat kasih sayang seorang ibu yang tidak bisa dipungkiri hingga al-Qur’an melegitimasinya. Kita bahkan sering berdoa menggunakan doa yang telah diajarkan saat waktu kecil; 

    “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya (kedua orang tua) sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku pada waktu kecil.” (QS.Al-Isra [17]: 24).

    Dalam ayat tersebut, kasih sayang kedua orang tua dijadikan tolak ukur dalam permohanan doa. Sebagaimana keterangan Imam Thobari dalam kitab tafsirnya Jami’ al-Bayan, seorang anak dianjurkan mendoakan kedua orang tuanya agar Allah menyangi kedua nya sebagaimana mereka berdua menyayangi, bersifat lembut dan mendidiknya saat kecil.

    Di zaman sekarang berita kasus pembunuhan bayi sering kita dengar baik di tv, koran maupun media lainnya. Ironisnya, hal tersebut dilakukan oleh ibu dari bayi tersebut. Salah satunya kasus pembunuhan bayi di Ponorogo, dimana seorang ibu yang tega melukai bayi Nya sendiri hingga tewas karena depresi dan masih banyak lagi kasus pembunuhan bayi lainnya. Lantas bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana ibu yang digambarkan sebagai sosok penyanyang, lemah lembut dan pendidik mendadak menjadi monster yang membunuh anak Nya sendiri?

    Hal tersebut bisa terjadi karena gejala Baby blues yang terjadi pada ibu. Gejala yang timbul pasca melahirkan, dimana ibu merasakan kesedihan yang hebat dan disertai dengan gejala penyertanya dan berlangsung sekitar dua hari sampai tiga minggu pasca melahirkan. (L. Wahyu Susanti, 2017)

    Angka kejadian Baby blues sendiri sangatlah tinggi, tercatat di Asia sekitar 26%-85%, sedangkan di Indonesia sekitar 50%-70% wanita mengalami Baby blues pasca melahirkan. Gejala Baby blues sulit diketahui dan cenderung dianggap tidak terlalu penting. Padahal jika terlambat ditangani, gejala Baby blues dapat menjadi Postnatal depression, yaitu gejala dimana fungsi psikologis ibu terganggu yang ditandai dengan perubahan pola tidur, kurangnya konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa serta timbulnya rasa ingin bunuh diri. 

    Di Amerika serikat, para psikolog memperkirakan 1 dari 4 perempuan punya pikiran untuk membunuh bayi mereka sendiri. Baby blues disebabkan oleh banyak hal, di antaranya bisa dari faktor biologi maupun emosional seperti rasa lelah yang berlebihan, ketidak siapan menjadi ibu, faktor ekonomi, maupun kurangnya perhatian dari sang suami. Oleh karena nya pengidap gejala Baby blues perlu mendapat perhatian serius agar tidak menimbulkan hal yang lebih buruk.

 

Kisah siti Hajar bersama anaknya

    Dalam tafsirnya al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim adalah pendiri dan nenek moyang bangsa Makkah. Bermula saat Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk meninggalkan istri tercintanya dan anaknya Ismail. Nabi Ibrahim meninggalkan Palestina untuk menuju Makkah menembus panasnya padang pasir. Setibanya di Makkah Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan bayi nya di dekat pohon besar yang kini menjadi lokasi sumur Zamzam. Saat itu Makkah masih sepi tak berpenghuni dan berupa lembah yang kering serta tidak ada tumbuhan sama sekali, sebagaimana digambarkan dalam QS. Ibrahim [14]: 37. 

    Nabi Ibrahim meninggalkan bekal berupa beberapa biji kurma dan air secukupnya tanpa memberitahu istri Nya tentang alasan ia meninggalkannya beserta bayi Nya. Tidak berselanglama bekal yang dititipi Nabi Ibrahim habis dan air susu Siti Hajar sudah kering hingga bayi mungil Ismail menangis kehausan. Siti Hajar berlari kesana kemari menaiki bukut Shafa dan Marwa untuk mencari air dan berharap menemukan orang yang dapat menolongnya. Namun ia tidak menemukan air dan orang sama sekali setelah berlari hingga tujuh kali mengitari bukit Shofa dan Marwa sampai akhirnya ia menemukan keajaiban berupa munculnya air didekat ia meninggalkan bayi nya, Ismail.

    Kisah kegigihan dan kesabaran siti Hajar dapat dijadikan contoh dalam mengatasi berbagai masalah dalam merawat bayi, terlebih dalam mengatasi gejala Baby blues. Siti Hajar tetap teguh dan bersabar dalam merawat bayi Nya Ismail, dimana pada saat itu ia ditinggal seorang diri oleh suami Nya dengan bekal yang sangat pas-pasan. Tidak hanya itu, Makkah adalah lembah kering yang masih tak berpenghuni dan sepi akan air dan tumbuhan. Berbagai masalah yang dihadapi Siti Hajar tidak menjadikan ia putus asa dalam mengasuh bayi Nya. Siti Hajar terus berusaha dan yakin akan datangnya pertolongan Allah. 

    Seorang ibu seharusnya meyakini bahwa anak adalah anugrah pemberian tuhan yang harus dijaga. Sehingga sesulit apapun masalah yang dihadapi dalam mengurus anak akan dapat didalui dengan baik. Sebagaimana penjelasan Baidhowi dalam kitab tafsirnya, bahwa anak dalam QS. Maryam [19]: 21 disebut sebagai rahmat dari Allah. Kisah Siti Hajar merupakan kisah yang di skenario oleh Tuhan untuk menjadi contoh dikemudian hari dalam masalah mengasuh anak. Karena apapun alasannya, pembunuhan terhadap anak tidak dapat dibenarkan, Wallahu ‘alam bi Shawab. (***) 

Comments are closed.