Metro Jateng
Berita Jawa Tengah

Biofarmaka Tak Gentar Lawan Pandemi Covid-19

OLEH : ARDIAN FAJRI SAPUTRA

0

 

 

AKHIR tahun 2019, telah menyebar sebuah penyakit yang berasal dari Wuhan, Cina, yang disebut Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Covid-19 adalah penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Hui, et al., 2020). Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Covid-19 menyebar melalui droplet sehingga penyakit cepat sekali menyebar.

Covid-19 di Indonesia menyebar dengan sangat cepat menjadikan Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai aspek yaitu kesehatan, perekonomian, pendidikan, dan kondisi sosial masyarakat Indonesia. 

Pada aspek kesehatan, obat-obatan menjadi hal yang penting dan dicari oleh masyarakat karena Covid-19 yang menyebar, baik obat-obatan modern maupun obat-obatan herbal yang berasal dari tanaman biofarmaka. Tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan yang dikonsumsi dari bagian-bagian tanaman seperti batang, daun, akar, bunga, umbi (rimpang), ataupun biji. Sampai sekarang, tanaman biofarmaka masih kerap dikonsumsi oleh masyarakat dan masih banyak peminatnya. Tanaman biofarmaka yang antara lain seperti jahe, kunyit, dan temulawak, dan masih banyak lagi.

Produksi tanaman biofarmaka berkontribusi besar pada produksi hortikultura yaitu jahe, kunyit, dan temulawak. 

 

Produksi Jahe pada tahun 2019 sebanyak 174,38 Ton meningkat menjadi 183,51 Ton pada tahun 2020 kemudian meningkat lagi pada tahun 2021 menjadi 307,24 Ton.

Produksi Kunyit pada tahun 2019 sebanyak 190,9 Ton meningkat menjadi 193,58 Ton pada tahun 2020 kemudian turun pada tahun 2021 menjadi 184,42 Ton.

Produksi Temulawak pada tahun 2019 sebanyak 29,74 Ton menurun menjadi 26,74 Ton pada tahun 2020 kemudian turun pada tahun 2021 menjadi 32,28 Ton.

Jumlah produksi tanaman biofarmaka jahe dan temulawak masih bertambah tetapi tidak untuk kunyit, hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 kurang berdampak pada tanaman biofarmaka. 

Kebutuhan masyarakat terhadap tanaman biofarmaka untuk obat-obatan pada masa pandemi semakin banyak. Jahe dapat digunakan untuk mengurangi rasa mual, membantu melawan infeksi, kaya antioksidan, dan menjaga kestabilan kadar gula darah. Kunyit bermanfaat untuk mengobati radang, mengatasi perut kembung, mengobati maag, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Temulawak bermanfaat untuk menjaga Kesehatan dan fungsi hati, mengendalikan kadar gula darah, dan memperkuat imunitas tubuh.(Ardian Fajri S) 

Leave A Reply

Your email address will not be published.