Hok An Kiong, Klenteng Tua Muntilan dengan Perpustakaan Ribuan Buku
METROJATENG.COM, MAGELANG – Klenteng Hok An Kiong di Muntilan, Kabupaten Magelang, bukan sekadar tempat ibadah. Bangunan berusia lebih dari seabad ini menyimpan jejak panjang komunitas Tionghoa yang pernah tumbuh dan memberi warna bagi masyarakat setempat.
Ada tiga hal yang membuat Hok An Kiong istimewa. Pertama, klenteng ini memiliki hio loo atau tempat dupa raksasa seberat 3,8 ton dengan diameter 178 sentimeter. Konon, ukurannya disebut terbesar di Asia.
Kedua, Hok An Kiong juga memiliki altar khusus untuk mendoakan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kehadiran altar ini menjadi bentuk penghormatan atas jasa Gus Dur yang membuka kembali ruang kebebasan beragama bagi komunitas Tionghoa di Indonesia.
Keunikan ketiga sekaligus yang paling jarang diketahui publik adalah keberadaan perpustakaan dengan lebih dari 1.000 koleksi buku. Jumlah itu menjadikan Hok An Kiong sebagai salah satu tempat ibadah Tri Dharma dengan perpustakaan terlengkap di Indonesia. Koleksi buku ini diyakini erat kaitannya dengan sejarah sekolah Tiong Hwa Hak Hauw yang dulu berdiri dalam kompleks klenteng.
Menurut peneliti dari UGM, Astrid Salsabila, sekolah tersebut sempat menjadi pesaing sekolah Belanda pada awal abad ke-20. Dari sinilah, muncul gagasan pendidikan trilingual yang memadukan bahasa Jawa, Melayu, dan Tionghoa. Sekolah itu akhirnya ditutup pada 1960-an, seiring kebijakan nasionalisasi pendidikan dan dinamika politik era itu.
Kini, Hok An Kiong tetap berdiri meski aktivitas keagamaannya tidak seramai dulu. Ketua pengurus klenteng, Budi Raharjo, mengakui regenerasi pengurus sulit dilakukan karena generasi muda Tionghoa lebih banyak bersekolah di lembaga Kristen atau Katolik.
Meski demikian, Budi berharap klenteng ini tetap menjadi ruang terbuka untuk studi kebudayaan. “Kami welcome saja kalau ada yang ingin belajar atau menghidupkan kembali sekolah dan perpustakaan,” ujarnya.
Hok An Kiong bukan hanya rumah ibadah, tetapi juga monumen hidup yang merekam perjalanan panjang interaksi budaya Tionghoa di Muntilan. Dengan kekayaan sejarah dan literasi yang dimilikinya, klenteng ini masih menyimpan potensi besar sebagai pusat pembelajaran lintas budaya di Indonesia.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.