METROJATENG.COM, PURWOKERTO – Laboratorium Seni dan Pertunjukan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman adakan kegiatan Pawiyatan, salah satu program kegiatan laboratorium yang berfokus pada upaya pelestarian dan pengembangan seni ini.
Pawiyatan adalah kegiatan Seminar dalam Jaringan (Sedaring) yang rutin dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Pada pawiyatan edisi ini dilaksanakan dengan topik Seni Tari.
Seniman Tari yang tinggal di luar negeri turut berbagi cerita mengenai pengalamannya dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian, khususnya seni tari.
Kegiatan Sedaring Pawiyatan Seri 2 ini diawali dengan pembukaan oleh Dekan FIB Unsoed. Ibu Dr. Ely Triasih Rahayu, S.S., M.Hum menyampaikan bahwa kegiatan diskusi dalam jaringan ini menjadi salah satu kegiatan rutin fakultas ilmu budaya.
Kegiatan ini sebagai bukti dukungan fakultas dalam upaya melestarikan dan mengambangkan budaya lokal.
Beliau menyampaikan juga agar kegiatan kolaborasi ini tidak hanya berhenti sampai dengan kegiatan sedaring pawiyatan ini saja. Namun juga dapat dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan akademik selanjutnya. Mengingat seniman yang diundang dalam kegiatan ini memiliki potensi untuk menambah wawasan mahasiwa di Fakultas Ilmu Budaya.
“kegiatan diskusi dalam jaringan ini menjadi salah satu kegiatan rutin fakultas ilmu budaya. Kami fakultas ilmu budaya turut berupaya dalam melestarikan dan mengambangkan budaya lokal. Saya berharap kegiatan kolaborasi ini tidak hanya berhenti sampai dengan kegiatan sedaring pawiyatan ini saja. Namun juga dapat dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan akademik selanjutnya” Tutur Ely saat menyampaikan sambutannya.
Narasumber yang pertama ialah Arma Dwipa Setya Dharma, S.Sn. Beliau ialah salah satu seniman tari yang sangat kreatif dalam menata tari. Saat ini Arma tinggal di Toronto Kanada. Kecintaannya terhadap seni, khususnya seni tari dan musik dapat membawa Arma melalang buana. Dalam paparannya Arma menyampaikan bahwa telah menggeluti dunia tari sejak kecil. Tantangan-tantangan dalam mempertahankan seni tari menjadi kekuatannya saat ini.
“Saya menari sejak kecil. Ibu saya berdarah seni. Awalnya saya menggeluti dunia seni musik. Sampaia pada akhirnya saya mencoba seni tari dan saya nyaman dengan seni tari. Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang saya melanjutkan di ISI Yogyakarta setelah lulus dari Sekolah Menengah Musik.” Ucap Arma dalam paparannya.
Setelah diawali paparan narasumber pertama, dilanjutkan nara sumber kedua yakni R.Oky Bima Reza Afrita, M.A. Belia saat ini bekerja sebagai dosen spesialis di Universitas Srinakharinwirot Thailand.
Dalam paparannya, Oky menyampaikan bahwa pertama kali belajar menari saat usia SD. Berbagai bentuk penolakan dan olokan dari keluarga serta teman-temannya tidak menyurutkan langkahnya menjadi seorang penari. Baginya, menari ialah suatu panggilan jiwa sehingga menurutnya tari dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi yang baik untuk menyampaikan rasa.
“Saya ingat betul Ketika dulu saya menari, banyak sekali yang mengolok-olok saya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat saya dalam menari. Pertama kali saya menari tarian Bondan. Dari situlah saya merasakan bahwa saya sangat senang dengan menari. Hingga tari dapat mengantarkan saya keliling dunia.” Kata Oky dalam paparannya.
Kegiatan ini diakhiri dengan harapan bersama agar dapat melanjutkan kegiatan Kerjasama dan kolaborasi antara Fakultas Ilmu Budaya dengan praktisi.
Ketua Laboratorium Seni dan Pertunjukan FIB Unsoed menyampaikan bahwa kegiatan ini semoga menjadi langkah awal untuk membuka kegiatan yang berkaitan dengan seni tari tradisi. Exwan Andriyan Verrysaputro, S.Pd., M.Pd. selaku kepala laboratorium memiliki harapan bahwa kegiatan akademis maupun praktis dapat segera diprakarsai setelah berakhirnya kegiatan pawiyatan ini.(nda)